LONDON (Panjimas.com) — Mantan Kepala Dinas Intelijen Inggris MI6 mengatakan bahwa putra mahkota Kerajaan Saudi, Pangeran Mohamed bin Salman (MBS) diduga berada dibalik pembunuhan wartawan Jamal Khashoggi, Jumat (19/10).
Sir John Sawers menngungkapkan teori yang menyebutkan bahwa ada unsur-unsur nakal di dalam Militer Saudi yang bertanggung jawab adalah “fiksi yang menyolok,” dilansir Anadolu Agency.
Tanggapan Sawers ini menyusul pernyataan Presiden AS Donald J Trump bahwa Jamal Khashoggi diduga dibunuh dan konsekuensinya bagi Arab Saudi akan “berat” jika para pemimpin Saudi terbukti mengintruksikan pembunuhan tersebut.
“Saya pikir Presiden Trump dan tim kementeriannya sadar betapa berbahayanya jika orang bertindak dengan perasaan bahwa mereka memiliki kekebalan dalam hubungan mereka dengan Amerika Serikat,” ujar John Sawers.
“Jika terbukti, dan tampaknya sangat mungkin terjadi, bahwa [Pangeran Salman] memerintahkan pembunuhan sang jurnalis, itu adalah langkah yang terlalu jauh; yang harus ditanggung oleh Inggris, UE, dan AS”, paparnya.
John Sawers menekankan bahwa teori tentang “persengkokolan jahat” atas kematian jurnalis “benar-benar tidak masuk akal” dan malah “lebih jauh merongrong rasa hormat terhadap Amerika ketika jika memaksakan fiksi terang-terangan seperti itu”.
“Rincian yang keluar dari sumber keamanan Turki sangat jelas bahwa beberapa bentuk bukti rekaman (audio/video) memang ada,” pungkasnyanya, mengapresiasi kerja-kerja Dinas Intelijen Turki dalam kasus tersebut.
“Tingkat detail sangat memberatkan tim pembunuh, dan [identitas mereka yang dilaporkan] menunjukkan seberapa dekat mereka dengan putra mahkota”, jelasnya.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Inggris Jeremy Hunt mengatakan akan ada “konsekuensi” yang akan mempengaruhi hubungan Inggris-Saudi jika Khashoggi dibunuh dengan cara brutal di konsulat Saudi di Istanbul.
Hunt mengatakan, dugaan pembunuhan Khashoggi “benar-benar tidak dapat diterima” bagi Inggris.
Namun, Hunt juga mengisyaratkan bahwa respon Inggris akan “dipertimbangkan” terhadap sekutu mereka dalam perang melawan terorisme tersebut dimana mereka juga memiliki kontrak senjata senilai multi-miliar poundsterling.
“Mari kita perjelas: jika cerita yang kita baca memang benar, dan jika Anda bertanya kepada saya apakah itu akan memiliki konsekuensi bagi hubungan dengan Arab Saudi, maka, ya, tentu saja karena apa yang diduga telah terjadi adalah benar-benar tidak konsisten dengan nilai-nilai kita … bukan hanya kebrutalannya, jika itu terjadi, tetapi juga fakta bahwa dia adalah seorang jurnalis,” jelas Hunt, kepada BBC.
“Sebagian dari reaksi kita akan bergantung pada reaksi Saudi, dan apakah kita merasa bahwa mereka menganggapnya serius seperti kita memperlakukan masalah ini dengan serius. Tapi ini masalah yang sangat, sangat serius”, ungkapnya.
Hunt mengatakan hubungan Inggris dengan Arab Saudi adalah hubungan strategis.
“Tanggapan kami akan dipertimbangkan … (tetapi) pada akhirnya, jika kisah-kisah ini benar, kita harus benar-benar menegaskan; itu tidak konsisten dengan nilai-nilai kami,” imbuhnya.
Pada hari yang sama dengan hilangnya Jamal Khashoggi, 15 warga Saudi lainnya, termasuk beberapa pejabat, tiba di Istanbul dengan dua pesawat dan mengunjungi konsulat ketika dia masih di dalam gedung, demikian menurut sumber Kepolisian Turki. Investigasi terhadap kasus ini masih berlanjut.[IZ]