JAKARTA, (Panjimas.com) — Kepala Pusat Data, Informasi dan Hubungan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan Tim Rehabilitasi dan Rekonstruksi BNPB memperkirakan kerugian dan kerusakan akibat bencana di Sulawesi Tengah mencapai lebih dari Rp13,82 triliun.
“Untuk membangun kembali daerah terdampak bencana pada masa rehabilitasi dan rekonstruksi, BNPB memperkirakan akan memerlukan anggaran lebih dari RP10 triliun,” ujar Sutopo melalui pesan tertulis yang diterima di Surabaya, Ahad (21/10), dilansir dari Antara.
Sutopo mengatakan Tim Rehabilitasi dan Rekonstruksi BNPB terus melakukan pendataan dan kajian cepat untuk menghitung dampak bencana.
Perkiraan kerugian dan kerusakan mencapai Rp13,82 triliun itu berdasarkan perhitungan sementara berdasarkan data hingga Ahad. Diperkirakan dampak kerugian dan kerusakan akibat bencana akan bertambah karena data yang digunakan adalah data sementara.
Meskipun bukan tugas yang mudah dan ringan, Sutopo menyatakan pemerintah dan pemerintah daerah siap membangun kembali Sulawesi Tengah dengan prinsip membangun lebih baik dan lebih aman
Menurut Sutopo, dampak ekonomi mencapai Rp13,82 triliun meliputi kerugian Rp1,99 triliun dan kerusakan mencapai Rp11,83 triliun. Kerugian merupakan arus ekonomi yang terganggu akibat bencana, sedangkan kerusakan adalah nilai kerusakan fisik.
“Banyak bangunan dan infrastruktur yang hancur akibat gempa, tsunami dan likuifaksi yang terjadi di empat wilayah di Sulawesi Tengah, yaitu Kota Palu, Kabupaten Donggala, Kabupaten Sigi dan kabupaten Parigi Moutong,” jelasnya.
Kerugian dan kerusakan akibat bencana meliputi lima sektor pembangunan yaitu permukiman mencapai Rp7,95 triliun, infrastruktur Rp701,8 miliar, ekonomi produktif Rp1,66 triliun, sosial Rp3,13 triliun dan lintas sektor mencapai Rp378 miliar.
Sutopo mengatakan kerusakan yang terdata sementara meliputi 68.451 unit rumah, 327 unit rumah ibadah, 265 unit sekolah, 78 unit perkantoran, 362 unit toko, 168 titik jalan retak, tujuh unit jembatan dan sebagainya.
“Dampak kerugian dan kerusakan di sektor permukiman paling besar karena dampak bencana yang luas dan masif. Hampir semua bangunnan di sepanjang pantai di Teluk Palu rata dengan tanah dan rusak berat,” tandasnya.
Terjangan tsunami dengan ketinggian antara 2,2 meter hingga 11,3 meter dengan landaan terjauh mencapai hampir 0,5 km telah menghancurkan permukiman.
Begitu juga dengan amblesan dan pengangkatan permukiman di Balaroa, likuifaksi yang menenggelamkan permukiman di Petobo, Jono Oge dan Sibalaya telah menyebabkan ribuan rumah hilang.[IZ]