PALU (Panjimas.com)–- Badan Pencarian dan Pertolongan Nasional (Basarnas) memang telah menghentikan evakuasi jenazah akibat gempa dan tsunami di Palu pada 11 Oktober lalu. Meski demikian, Tim SAR Lazis Wahdah tetap melanjutkan evakuasi, namun yang dievakuasi bukanlah jenazah, melainkan kendaraan motor jenis Honda Mega Pro.
Usai apel pagi, Rabu (17/10/2018), Tim SAR Lazis Wahdah langsung bergerak menuju Balaroa, tempat kediaman Suardi, salah seorang warga yang rumahnya hancur lebur akibat gempa, tepatnya di Jl. Kamboja. Tampak sekelilingnya puing-puing reruntuhan dan genangan air di tempatnya tinggal. Harta bendanya habis tak bisa diselamatkan. Alhamdulillah, anak-istrinya selamat.
“Hari ini, Tim SAR Lazis Wahdah mengevakuasi sepeda motor relawan kami yang menjadi korban gempa. Ia ingin motornya dievakuasi, meski kondisinya rusak parah. Atau mungkin ia ingin menjadikan motornya sebagai kenang-kenangan,” kata Ustaz Abu Umar selaku koordinator lapangan Lazis Wahdah.
Sebetulnya ada tiga motor yang hendak dievakuasi, namun hanya satu yang bisa diangkut relawan. Satu tak ditemukan karena tertimpa reruntuhan batu, dan motor yang satu lagi tinggal kerangkanya saja. Akhirnya, Tim SAR Lazis Wahdah membopong motor honda tersebut secara bergotong royong dengan menggunakan kayu, dan selanjutnya didorong untuk dibawa ke mobil pick up Lazis Wahdah. Selanjutnya, entah mau dibawa kemana motor itu.
Saat mengevakuasi motor milik Pak Suardi, Ustaz Mustafa selaku Koordinator Tim SAR, meminta tim relawan agar berhati-hati dalam melakukan evakuasi. Utamakan keselamatan dengan menggunakan helm dan sarung tangan.
Pak Suardi sedkit bercerita, ketika bencana gempa terjadi, ia menjebol pintu rumahnya yang telah roboh. Alhamdulillah, istri dan anak-anaknya berhasil lolos dari maut dan berlari ke tempat yang lebih tinggi. “Sebelum gempa terjadi, di depan rumah saya ada pohon Jambu yang biasa kami kami panjati,” ujarnya mengenang.
Usai mengevakuasi motor, Tim SAR Lazis Wahdah kembali melanjutkan amal kemanusiaannya, menuju kediaman salah seorang warga, tak jauh dari Balaroa, untuk mengangkut dan membersihkan puing-puing akibat gempa secara bergotong royong. (des)