ALLAHABAD, (Panjimas.com) — Pihak berwenang di negara bagian India yang paling padat penduduknya kini telah mengubah nama kota bersejarah yang identik dengan nama Islam menjadi dengan nuansa Hindu, demikian menurut laporan media lokal.
Kota itu bernama Allahabad, sebuah kota berpenduduk lebih dari satu juta orang di negara bagian Uttar Pradesh (UP) Utara, sekarang kota itu akan dikenal sebagai Prayagraj, demikian menurut seorang pejabat senior dari Partai Bharatiya Janata (BJP) yang berkuasa kepada para awak media, Selasa (16/10), dilansir dari Al Jazeera News Channel.
Menteri Kesehatan Uttar Pradesh, Siddarth Nath Singh, mengatakan keputusan untuk mengganti nama kota itu dibuat pada pertemuan kabinet setelah adanya usulan dari Ketua Menteri Yogi Adityanath, yang mengepalai negara bagian.
“Semua anggota kabinet senang dan mulai hari ini dan seterusnya, nama Allahabad akan berubah menjadi Prayagraj,” pungkasnya dikutip dari Indian Express.
Allahabad merupakan kota yang merupakan rumah bagi Perdana Menteri pertama India Jawaharlal Nehru dan kota ini terletak sekitar 650 km sebelah tenggara ibukota India, New Delhi.
Kota ini diberi nama Allahabad oleh penguasa Muslim Dinasti Mughal pada abad ke-16 silam.
Nama barunya, Prayagraj, mengacu pada pertemuan sungai Gangga dan Yamuna, tempat diselenggarakannya festival mega Hindu Kumbh Mela, yang akan berlangsung pada bulan Januari.
Lebih dari 100 juta orang menghadiri pertemuan ketika terakhir diadakan pada tahun 2013.
Onkar Singh, seorang juru bicara untuk partai Kongres oposisi, sebelumnya mengatakan perubahan nama tersebut mengurangi peran kota itu selama perjuangan India untuk kemerdekaan dari Inggris.
Dia menyebut kota itu “pusat inspirasi”, menurut laporan Indian Express.
Kota itu adalah tempat dari beberapa pertemuan penting antara para pemimpin India di akhir abad ke-19, yang katanya “memberi bentuk bagi gerakan kebebasan”.
Perubahan nama kota itu terjadi di tengah kekhawatiran atas apa yang dikatakan para kritikus sebagai tawaran oleh partai nasionalis Hindu, partai Perdana Menteri Narendra Modi untuk menghapus sejarah dan identitas negara yang beragam.
Sejak Adityanath – seorang pendeta yang dituduh menghasut kekerasan terhadap minoritas Muslim India – ditunjuk untuk memimpin Uttar Pradesh tahun lalu, ia mengusulkan untuk mengganti beberapa nama bangunan era Mughal di negara bagian tersebut.
Tahun lalu, ia mengganti nama Stasiun Kereta Api Mughalarai Junction menjadi nama seorang ideolog Hindu Denn Dayal Upadhyaya, dan mengusulkan untuk mengganti nama bandara di Bareilly, Kanpur, dan Agra dengan nama yang memiliki asosiasi dengan Hindu.
Muslim di India saat ini berjumlah 19 persen sekitar 220 juta dari total penduduk negara.
Partai nasionalis Hindu BJP Modi memenangkan kendali pemerintahan India pada Maret tahun lalu, menghasilkan mayoritas terbesar di UP untuk partai mana pun sejak 1977.
1,3 miliar penduduk India terdiri sari sekitar 80 persen Hindu dan 14 persen Muslim, dengan sisanya terdiri dari orang Kristen, Sikh dan minoritas lainnya.
India ecara resmi adalah negara sekuler, tetapi BJP selama bertahun-tahun telah memperebutkan pemilihan umum pada platform nasionalis Hindu, dengan anggota partainya di masa lalu dituduh membuat pernyataan anti-Muslim untuk mempolarisasi pemilih Hindu.[IZ]