JAKARTA, (Panjimas.com) — Liga Dunia Islam menyatakan menerima dukungan dari pemimpin lembaga dunia Islam, yang mendukung kecaman atas berbagai ancaman pemberlakuan sanksi ekonomi serta tekanan politik dengan menyebarkan tuduhan palsu tidak mendasar terhadap Arab Saudi.
Kecaman dari Liga Dunia Islam tersebut disampaikan Sekretaris Jenderalnya, yang juga Ketua Dewan Ulama Internasional, Dr. Mohammed bin abdul Karim Al-Esa dalam pernyataan, yang diterima di Jakarta, Selasa (16/10).
Mohammed bin abdul Karim Al-Esa menyatakan Liga Dunia Islam menegaskan bahwa kedudukan Arab Saudi penting di dunia Arab dan Islam karena ia memainkan peranan sentral dan besejarah dalam mewujudkan keamanan, stabilitas dan kesejahteraan kawasan Arab dan dunia.
Arab Saudi juga menjadi pelopor terdepan dalam memerangi ekstremisme dan terorisme serta menguatkan kerja sama ekonomi dan menjaga perdamaian dan stabilitas kawasan Arab dan dunia.
“Sejarah Arab Saudi dalam perdamaian dan kerja sama antarbangsa semakin menguatkan kepemimpinannya. Memprovokasi Saudi sama dengan memprovokasi satu miliar umat Islam di seluruh dunia,” pungkasnya, dikutip dari Antara.
Al-Esa menambahkan bahwa tuduhan terhadap Saudi saat ini sudah sampai pada tingkat mengancam stabilitas politik dan ekonomi internasional.
Liga Dunia Islam mendukung penuh Pemerintah Arab Saudi dan Raja Salman Bin Abdul Aziz dan putra mahkota sebagai penjaga dua masjid suci, yakni, Masjidil Haram di Mekkah dan Masjid Nabawi di Madinah.
Sebelumnya, Reuters melaporkan bahwa Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengancam “hukuman berat” untuk Riyadh jika ternyata Jamal Khashoggi, wartawan berkewarganegaraan Saudi, tewas di konsulat Saudi di Instanbul, seperti yang dituduhkan pejabat Turki.
Arab Saudi membantah tuduhan itu dan pada Ahad memperingatkan akan membalas sanksi apa pun dengan gerakan lebih besar
Sejumlah besar bankir dan pengulas mengatakan masalah Khashoggi memicu persepsi risiko politik di Arab Saudi, karena hilangnya wartawan tersebut menjadi hal terbaru dalam serangkaian peristiwa tidak terduga selama tiga tahun belakangan.
Selama masa itu, Arab Saudi melancarkan perang di Yaman, memberlakukan embargo terhadap Qatar, menangkap puluhan pejabat tinggi dan pengusaha dalam pembersihan korupsi, menahan pegiat hak perempuan dan ketegangan dengan Kanada serta Jerman meningkat.[IZ]