JAKARTA, (Panjimas.com) — Pimpinan Majelis Az-Zikra, Ustadz Muhammad Arifin Ilham mengecam keras persekusi terhadap ulama, habib dan tokoh Islam di Bandara Sam Ratulangi Manado, Senin (15/10) sore. Menurutnya, peristiwa intoleran yang dialami Habib Bahar bin Smith dan Habib Hanif Alatas (menantu Habib Rizieq Shihab) di Bandara Sam Ratulangi, Manado, Sulawesi Utara, menunjukkan keadilan telah hilang.
“Kawasan bandara harus steril jadi kawasan preman. Keadilan sudah hilang, Hukum sudah lumpuh,” pungkas Ustadz Arifin Ilham, melalui laman Facebooknya, Selasa (16/10).
Ia pun mengingatkan kembali sejumlah peristiwa persekusi terhadap beberapa ulama yang mengalami pengusiran di bandara oleh sekelompok massa bersenjata tajam.
“Astagfirullah. Tahun lalu segelintir preman menghadang ayahanda Tengku Dzulkarnain dengan leluasa masuk ke lapangaan pendaratan pesawat bandara Kalteng dengan mandau terhunus,” ujar Arifin Ilham.
Selain itu, segelintir preman yang menghadang Ustadz Abdul Somad (UAS) dengan keris terhunus di bandara Bali, imbuhnya, sekarang terulang segelintir preman leluasa dengan parang menari-nari mengadang Habib Bahar dan habib Hanip di Bandara Manado.
“Ini tak boleh dibiarkan,” tandasnya.
Ustadz Arifin Ilham juga menegaskan, dirinya akan memimpin jihad jika ada salah satu ulama menjadi korban aksi premanisme itu.
“Demi Allah ghiroh imanku semakin menyala. Satu ulamaku dibunuh aku pimpin JIHAD. Wajib kusampaikan karena berulang dan berulang lagi. Wajib kusampaikan karena cintaku pada ulamaku. Wajib kusampaikan karena cinta dan rinduku pada NKRI yg adil makmur dan rakyat sejahtera,” tegasnya.
Untuk diketahui, suasana di Bandara Sam Ratulangi, Manado Senin (15/10) sore begitu mencekam. Pasalnya, sekelompok preman bersenjata tajam menghadang kedatangan Habib Muhammad Hanif bin Abdulrahman Alatas dan Habib Muhammad Bahar bin Alwi bin Smith, yang akan menghadiri acara Dzikir Akbar dan Haul Habib Ali bin Abdurrahman bin Smith di Manado.
Persekusi Habib Bahar dan Habib Hanif
Sekelompok massa itu melakukan penghadangan dan menggelar demonstrasi penolakan kedatangan Habib Hanif dan Habib Bahar di Manado. Dengan mengklaim sebagai perwakilan organisasi Masyarakat Adat Minahasa, Sekitar 9 ormas adat telah berkumpul sejak pukul 14.00 WITA.
Massa menolak kedatangan kedua ulama dan habib itu dengan dalih, keduanya, dinilai sebagai ulama yang isi ceramahnya provokatif, intoleran dan radikal.
“Torang (kami) menolak ini oknum yang dalam ceramah-ceramahnya provokatif, intoleran, radikalis,” teriak, salah seorang pengunjuk rasa dengan aksen daerah sebagaimana video rekaman yang diberikan FPI pusat, Senin (15/10/2018) malam.
Massa mengklaim, penolakan tersebut bukan termasuk perilaku barbar, namun sebagai orang Minahasa yang beradat. “Torang bukan orang bar-bar, torang beradat, orang minahasa beradat, berbudaya,” teriaknya.
“Kasih keluar dulu dia … itu… si Habib Smith itu,” terdengar pula suara pendemo lain.
“Jangan torang (kami) masuk bandara, kalau dia enda keluar, torang (kami) yang masuk,” cetusnya.
“Hingga saat ini Habib Hanif Alatas masih tertahan di bandara,” lapornya.
Sementara itu, Frangky Boseke dari Watak Esa Energi serta Mahasa, mengatakan kedua habib itu ditolak dengan dalih tudingan sebagai “pencuci otak masyarakat”.
“Mereka penyebar paham radikalisme,” ujar Boseke dikutip media lokal Manado Post Online.
Untuk diketahui, kedatangan Habib Muhammad Hanif bin Abdulrahman Alatas dan Habib Muhammad dan Bahar bin Alwi bin Smith di Manado ialah untuk menghadiri acara haul ayahanda dari Habib Bahar bin Smith serta kegiatan tabligh akbar di Masjid Habib Alwi bin Smith.
Sementara itu, Habib Muhammad Hanif bin Abdulrahman Alatas mendesak agar otak dibalik tindakan persekusi itu agar segerah ditangkap karena dianggap bisa memecah bela NKRI.
“Saya mohon, otak intelektualnya mohon ditangkap, ini pemecah bela NKRI, ini yang merusak kebihnekaan kita, mengancam negeri kita sehingga bisa terpecah bela. Semua acara ini sifatnya konstitusional, dijaga UU, seharusnya aparat bisa hadir untuk melakukan penjagaan,” tandasnya, melalui video.[IZ]