MAKASSAR (Panjimas.com)– Kabar gempa dan tsunami di Palu menghentak seluruh pelosok negeri. Semua bergerak menunjukkan kepeduliannya membantu saudara-saudaranya yang menjadi korban bencana alam. Salahsatunya adalah Lazis Wahdah yang sejak Jum’at (28 September 2018) mendengar kabar duka itu.
“Awalnya kami ragu, khawatir hoax. Kami menunggu beberapa waktu untuk mendapat validasi informasi, dan ternyata bencana itu betul-betul terjadi. Usai shalat Isya, kami langsung koordinasi, bergerak menuju Palu saat itu juga,” ungkap Direktur Laziz Wahdah, Ustaz Syarifuddin SC di kantor Lazis Wahdah, Makassar, belum lama ini, Sabtu (13/10/2018).
Dari Makassar, Lazis Wahdah mengirim tim ke Palu. Namun, semua maskapai penerbangan mengcancel keberangkatan menuju Bandara Sis Al Jufri, Palu. “Kami tetap bergerak, mencari jalur lain. Akhirnya kami mencari jalur terdekat untuk terbang ke Poso. Dari Poso, kami bersama tim Lazis Wahdah Poso menuju Palu melalui jalur darat,” ujarnya.
Beberapa saat setelah bencana, tim Wahdah berupaya melakukan kontak dengan perwakilannya di Palu. Namun hanya satu telepon yang bisa terhubung. “Itupun diterima oleh telepon kakaknya di Sigi. Yang lain lost contact semua,” tukas Ustaz Syarifuddin bercerita.
Pada hari Sabtunya, tim Lazis Wahdah sudah membuka posko di komplek di SDIT Qurrota ‘Ayun. Pasca gempa dan tsunami, posko Lazis Wahdah berjumlah sembilan titik yang tersebar di tiga kabupaten, yakni, Palu, Sigi, dan Donggala.
“Kami membaginya menjadi tiga posko, yakni, Posko Induk, Posko Satelit dan Posko Bayangan. Adapun posko satelit ada tujuh titik untuk mensuplai bantuan ke posko bayangan yang berdampingan langsung dengan pengungsi. Kami membantu korban gempa dan tsunami, mulai dari kegiatan trauma healing, tim medis, hingga makanan.”
Ada beberapa kendala saat memberi bantuan ke Poso. Mobil ambulance milik Lazis Wahdah mengalami kecelakaan di daerah Pasang Kayu, tepatnya sebelum Donggala. Saat itu pukul 00.30 WITA.
“Yang membawa ambulance itu adalah relawan Lombok yang ditarik ke Palu. Saat di jalan, mobil yang membawa penuh logistik, tenda, solar dua drum, tiba-tiba oleng di tikungan, lalu terbalik.”
Cobaan kedua, mobil Lazis Dakwah yang berangkat dari kantor cabangnya di Mamuju, yang juga membawa bantuan logistik makanan dan obat-obatan, dihentikan ditengah jalan oleh warga, dan merebutnya hingga “bersih”.
“Akibatnya, penghadangan itu menghambat trauma teman-teman relawan yang membawa bantuan lewat jalur darat. Kami memutuskan untuk melepas spanduk bantuan untuk bisa masuk ke Pasang Kayu,” pungkasnya. (des)