MAKASSAR (Panjimas.com) – Pasca gempa dan tsunami di Palu dan sekitarnya, banyak korban gempa dan tsunami di Palu yang mengungsi ke Makassar, termasuk di wilayah Sidrap, yang jaraknya 150 kilometer dari Kabupaten Pare-pare, Sulawesi Serlatan.
Ketua Dewan Perwakilan Daerah Wahdah Islamiyah mencatat, ada 1.600 orang yang mengungsi. Mereka berpencar di rumah-rumah penduduk, bahkan ada yang mengungsi di Asrama Haji Makassar.
Pasca gempa dan tsunami, Lazis Wahdah bergerak untuk membantu melalui tiga tahapan: Pertama, tahap tanggap bencana. Kedua, tahap pemulihan, dan ketiga tahap program dakwah yang merupakan program jangka panjang.
“Saat ini masih tahap pemulihan hak dasar para pengungsi, mulai dari kebutuhan makanan, pakaian, medis. Kami akan merencang di 3 lokasi di lokasi bencana berupa komplek shalter. Insya Allah target kami mendirikan 1.000 shalter untuk korban gempa Palu,” tandasnya.
Ustaz Syarifuddin tidak bisa memastikan, apakah pengungsi yang berada di Makassar akan kembali ke Palu. “Saya perkirakan, mungkin mereka tidak akan kembali lagi ke tempat tinggalnya, mengingat jenis tanahnya yang disebut likuifasi, dimana kadar airnya sangat tinggi.”
Ustaz Syarifuddin sangat bersyukur dengan kepedulian masyarakat yang membantu korban gempa dan tsunami di Palu. Hampir setiap hari, bantuan tidak berhenti dari segala penjuru, termasuk dari negara sahabat, seperti Malaysia, salah satunya.
“Kalau dihitung-hitung, sudah ada 430 orang relawan Lazis Wahdah yang datang ke Palu untuk membantu. Kalau tidak kami tahan-tahan, jumlahnya bisa mencapai 1.000 relawan. Dikarenakan bantuan ini merupakan program jangka panjang yang perlu biaya besar.”
Bicara penanganan bencana, Ustaz Syarifuddin menjadikan musibah itu sebuah pelajaran dan hikmah yang sangat berharga. Terutama para relawan agar belajar tanggap bencana yang sifatnya darurat. Dibutuhkan sinergi dengan lembaga lain yang bernaung dibawah kordinasi Forum Zakat (FOZ) agar tidak terjadi tumpang tindih.
“Kami berharap, para relawan dapat menjaga ritme kerja agar bernafas panjang dan tetap semangat untuk membantu Palu bangkit kembali. Setidaknya, tidak sebatas saat darurat saja, tapi hingga pemulihan, mulai dari psikisnya, kehidupannya, dan perputaran ekonominya. Alhamdulillah, saat ini sudah ada toko yang buka, pasar kembali normal, bank telah beroperasional, listrik menyala, dan internet bagus,” ungkap Ustaz Syarifuddin. (des)