DEPOK (Panjimas.com) – Pemkot Depok mengakui ada warganya yang memiliki perilaku seks menyimpang penyuka sesama jenis. Pihak Pemkot sudah melakukan upaya pencegahan mulai dari sosialisasi sampai penguatan fungsi keluarga. Namun karena kelompok tersebut tertutup, maka para pecinta sesama jenis ini sulit terjamah.
“Perilaku seks menyimpang atau salah satunya gay, kalau ada ya memang ada. Mereka berada di tempat khusus yang tidak bisa kita akses. Kan sifatnya mereka ini rahasia, tidak terbuka paling hanya sesama kelompok mereka. Beda dengan komunitas yang positif, seperti misalnya komunitas burung, olahraga, itukan ilustrasi sederhananya begitu,” kata Wakil Wali Kota Depok Pradi Supriatna, Jumat (12/10).
Dia tidak menyebut secara detail di mana tempat yang dimaksud, hanya saja dikatakan bahwa pusat keramaian menjadi salah satu yang dituju kelompok perilaku menyimpang ini. Kondisi ini menjadi hal yang harus diselesaikan pihaknya. “Yang jelas enggak mungkin juga mereka milih di hutan,” sebutnya.
Diakui dia, untuk mengentaskan hal ini sangat diperlukan sinergi banyak pihak. Menurutnya, peranan keluarga menjadi penting. Mengingat keluarga menjadi dasar bagaimana seseorang terbentuk. “Ini kita bicara keimanan. Bentang dasarnya adalah peran orang tua untuk membentengi keluarga. Kami juga mengimbau tempat-tempat umum untuk bisa kooperatif, memberikan informasi untuk kita ajak sharing,” paparnya.
Kendati mengakui adanya kelompok perilaku menyimpang di Depok, namun dirinya tidak tahu pasti berapa jumlahnya. Dia berpesan agar keluarga menjadi pondasi yang kuat untuk generasi Milenial. “Harapan kami tentu jangan sampai bertambah. Jadi peranan keluarga sangat diperlukan dalam hal ini,” pungkasnya.
Grup Penyuka Sesama Jenis
Sementara itu di Garut, grup penyuka sesama jenis ‘Gay Garut-Indonesia’ di Facebook diketahui sudah memiliki anggota 2.600 orang. Ketua Pengawas Pendidikan Garut Soni M.S. mendesak semua sekolahan yang ada di Garut untuk menindaklanjuti fenomena tersebut, agar pelajar tak salah dalam pergaulan.
“Saya minta sekolah untuk menindaklanjuti masalah fenomena ini, jangan sampai anak didiknya salah dalam bergaul,” katanya, Senin kemarin. Dikutip dari Antara.
Sementara itu, Kapolres AKBP Budi Satria Wiguna mengatakan sudah mengetahui informasi tersebut. Pada saat ini sedang dilakukan pendalaman. “Didalami, dilakukan penyelidikan lebih jauh,” kata Budi.
Sejumlah warga Garut juga mendesak pemerintah daerah untuk mengatasi masalah homoseksual yang diduga banyak melibatkan usia produktif, karena mereka mulai terang-terangan di media sosial. “Pemerintah jangan diam, harus cepat bergerak. Bisa pengaruhi banyak orang kalau tidak segera diatasi,” kata Aef Hendi, warga Garut.
Ia menyatakan prihatin dengan kehadiran kelompok homoseksual secara terbuka di media sosial. Fenomena ini ramai dibicarakan warga Garut.
Menurut dia, mereka sudah menggunakan jaringan media sosial di internet untuk menunjukkan dirinya ada dan bisa diterima oleh masyarakat di Garut. “Saya tidak ingin di Garut ini muncul persoalan seperti itu dan memengaruhi banyak orang Garut untuk masuk dalam perbuatan menyimpang seperti itu,” katanya.
Mubin, warga lainnya, juga menyatakan prihatin dengan munculnya kelompok penyimpangan seksual secara terbuka di media sosial. Mahasiswa Garut itu khawatir penyakit masyarakat tersebut terus meluas dan memengaruhi banyak orang Garut melalui media sosialnya.
Apalagi, grup media sosial mereka yang tersebar di Garut, kata dia, sudah mengarah khusus homoseksual usia pelajar tingkat SMP dan SMA. “Gay Garut juga sudah ‘go public’, sekarang enggak malu-malu lagi, atau istilahnya sudah enggak sembunyi-sembunyi,” katanya.
Ia berharap pemerintah, khususnya Pemerintah Kabupaten Garut, segera mengatasi persoalan dengan menelusuri pembuat akun media sosial tersebut, kemudian menindak para pelakunya. “Jangan sampai menjadi lebih parah, harus langsung ada tindakan, jangan sampai terlambat bertindak,” katanya. [des]