JAKARTA (Panjimas.com) – Mantan Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) angkat bicara soal anggaran IMF Annual Meeting yang rencananya akan diselenggarakan di Bali, pada bulan Oktober nanti.
SBY melalui akun Twitter resmi miliknya @SBYudhoyono menyebut mengetahui adanya pihak-pihak yang mendukung dan menolak IMF-World Bank Annual Meeting.
“Alasan yang menentang, pertama, pertemuan ‘besar-besaran’ ini tak tepat dilaksanakan ketika kita tengah alami bencana. Tidak berempati,” tulis SBY.
“Kedua, biayanya terlalu besar & dianggap sebagai pemborosan. Apalagi saat ini ekonomi Indonesia tengah hadapi tekanan fiskal,” lanjut SBY.
Namun, SBY berpendapat terkait kritik yang menilai biaya perhelatan ini kelewat besar, pemerintah bisa memberikan penjelasan dan klarifikasi yang gamblang dan transparan.
Supaya tidak terjadi fitnah, SBY juga mendorong BPK untuk melakukan audit terhadap anggaran IMF Annual Meeting.
“Biar tak jadi fitnah & hoax, DPR RI bisa minta penjelasan kpd pemerintah & BPK juga bisa lakukan audit apakah terjadi pemborosan,” jelas SBY seperti dikutip Panjimas.com.
Sebelumnya, SBY berharap supaya IMF-World Bank Annual Meeting yang diselenggarakan di Bali, tahun 2018 ini dapat mencapai tujuan & sasaran yang diharapkan.
“Pertemuan ini bisa berikan manfaat & peluang bg Indonesia (anggota G-20), langsung-tak langsung, jangka pendek & jangka panjang,” tutur SBY.
Di tengah ujian ekonomi yang kini menghadapi tekanan fiskal dan Indonesia juga sedang menangani bencana di Sulawesi Tengah dan NTB, SBY pun berharap pertemuan tersebut agendanya tepat.
“Dikelola dgn baik & benar-benar sukses, sehingga rakyat bisa rasakan manfaatnya,” ujar SBY.
Seperti diketahui, pemerintah bakal menggelontorkan dana triliunan rupiah pada event internasional IMF World Bank di Nusa Dua Bali. Gelaran itu rencananya akan dilaksanakan pada tanggal 12 hingga 14 Oktober 2018.
Untuk acara yang hanya 3 hari tersebut akan menguras biaya sekitar 1 Triliun. Adapun rincian biaya terbesar adalah akomodasi yang mencapai Rp569,9 miliar; diikuti makanan dan minuman sebesar Rp190,5 miliar; transportasi sejumlah Rp36,1 miliar; hiburan sebesar Rp57 miliar; dan suvenir senilai Rp90,2 miliar. [DP]