BANYUMAS, (Panjimas.com) – Ironis. Mungkin itu sebuah kata yang tepat saat mendengar kabar bahwa di daerah Banyumas ada sebuah Masjid yang tak terurus dan sering dijadikan untuk maksiat. Mengingat di daerah tersebut mayoritas beragama Islam.
Dari informasi yang diterima, keberadaan masjid yang bernama As Sakinah beralamat di Bumi Perkemahan Kendali Sada, Kelurahan Kaliori Kecamatan Kali Bagor, Banyumas Jawa Tengah. Saya dan kru lantas mencoba untuk mendatangi daerah tersebut untuk melakukkan investigasi.
Setelah sampai di lokasi yang dimaksud sepintas terlihat masjid tersebut memang sangat memperihatinkan sangat gelap dan kusam. Lokasinya yang berada tepat di tengah Bumi Perkemahan Pramuka Kendali Sada itu sudah tidak ada lagi petunjuk papan nama bangunan tersebut. Karena nama masjid dan petunjuk keberadaan bangunan tersebut sudah hilang. Yang ada hanyalah sebuah bangunan yang rusak dan sangat tidak terawat.
Masjid ini jika terlihat dari jauh pun sudah sangat memilukan dan butuh perhatian kaum muslimin. Harus ada sentuhan dakwah yang berkelanjutan dari para dai dan kaum muslimin. Khususnya yang berada di dekat lokasi atau daerah Banyumas pada umumnya. Bayangkan, meski penduduk di sekitar lokasi adalah mayoritas Muslim, namun masjid di desa ini justru tak terurus, nyaris roboh dan jadi sarang tindak asusila pasangan muda-mudi yang mau melakukan tindakan asusila.
Jika kita lihat ke dalam (walau pintu Masjid ini terkunci dan digembok rapat). Tapi saya berhasil mengambil gambar dari sela-sela jendela yang bolong dan terbuka. Terlihat tembok depan mihrab (tempat Imam berdiri memimpin shalat) penuh dengan aneka corat-coretan tangan jahil yang kotor dan tidak pantas, dari coretan nama genk, nama pasangan berpacaran, nama alat kelamin, hingga coretan iklan mesum.
Sehingga nyaris masjid tempat rumah Allah ini pun dipenuhi tindakan “Vandalisme” orang tak bertanggung jawab. Yakni banyak coret coretan di dinding luar dengan kata kata kotor dan kalimat tidak pantas lainnya.
Begitupula kondisi bangunannya pun rusak parah. Atap masjid banyak ditumbuhi tanaman liar; genting masjid yang bocor dan banyak berjatuhan sehingga membuat plafonnya hancur, baik di dalam masjid maupun di teras luar.
Serambi masjid sebagian telah ambruk, lantaran kayu-kayunya lapuk terkena panas dan hujan. Kaca-kaca jendela pecah dan hanya ditambal dengan kardus dan papan seadanya. Keramik di lantai pun hancur, sebagian terkelupas dan sebagian lagi yang amblas.
Yang lebih menjijikan lagi, kamar kecil atau WC yang menyatu dengan tempat wudhu, kini tak layak jadi tempat bersuci, mirip tempat sampah. Berbagai kotoran berceceran di tempat wudhu, lengkap dengan bau pesing dan kotoran yang sangat menyengat.
Bagian dalam masjid tak kalah mirisnya. Masjid yang beralih fungsi jadi rumah huni orang tunawisma, menjadi sangat kotor dan berantakan. Bagian dalam masjid berceceran banyak sampah dan berbagai benda-benda tak layak pakai, seperti kain baju, bangku, perkakas, plastik dan lain-lain.
Masjid pun sama sekali tak lagi berfungsi sebagai tempat ibadah. Jangankan digunakan untuk ibadah shalat lima waktu, lantunan suara adzan pun tak pernah terdengar selama bertahun-tahun disana.
Kedatangan saya di lokasi tersebut didampingi oleh seorang tokoh masyarakat setempat yang namanya tidak ingin disebutkan. Bapak yang menemani kami ini beberapa kali menyampaikan kepada kami tentang cerita aktivitas saat ini Masjid tersebut dikala malam maupun siang hari.
Menurutnya, Masjid itu kerap kali dijadikan ajang mesum atau tempat perzinahan para pasangan muda mudi dan yang bukan mahramnya.
Termasuk ketika siang hari rumah Allah tersebut juga sering dijadikan tempat para anak muda melakukan pesta minuman keras dan mabuk mabukan. Lengkap sudah masjid yang tak terawat itu disalah fungsikan kegunaannya.
Niat awal membangun Masjid itu untuk kegiatan ibadah dan syiar Islam kini berubah fungsi karena memang lokasinya yang jauh dari pemukiman penduduk dan tidak ada yang mengurus tempat itu. Tetapi sebaliknya, sekarang malah buat tempat mesum.
“Karena tempatnya sepi dan tidak ada yang mengurus dan menjadi rusak bangunannya. Sekarang ditambah sering dijadikan tempat maksiat oleh orang yang tidak bertanggung jawab,” tutur pak Herry, tokoh masyarakat Kaliori yang ikut bersama dan menemani kami melihat lokasi Masjid itu dari dekat. [ES]