TEL AVIV, (Panjimas.com) — Rusia telah mengirimkan 49 unit sistem pertahanan udara anti-rudal S-300 ke Suriah. Menanggapi hal itu, Menteri Pertahanan Israel Avigdor Lieberman mengatakan Israel tidak senang dengan pengiriman senjata tersebut. Ia menegaskan pihaknya tidak akan menghentikan operasi militer di Suriah.
“Saya tidak bisa mengatakan senang atas pengiriman S-300s, pada saat yang sama kami tidak punya pilihan di sini, kami tidak memiliki kesempatan untuk membuat keputusan,” pungkas Lieberman, dilansir dari Sputnik International, Rabu 0(3/10).
Avigdor Lieberman menekankan sangat penting bagi Rusia dan Israel untuk memperbaiki hubungan mereka seperti sediakala.
Sebagaimana diketahui, hubungan keduanya memburuk pasca Israel menggunakan pesawat Rusia Ul-20 sebagai perisai mereka untuk menghindari tembakan sistem pertahanan udara Suriah.
Pesawat tersebut pun jatuh dan menewaskan semua penumpang di dalamnya. Sebagai balasan dengan alasan memastikan keamanan pasukan Rusia di Suriah, Kremlin mengirim peralatan canggih dan senjata mematikan S-300 ke Suriah.
“Saya pikir yang terpenting untuk dilakukan sekarang ini mengembalikan hubungan (kedua negara) kembali normal, itu tugas terpenting saat ini untuk kembali ke operasi normal,” tandas Lieberman.
Lieberman pun masih menyangkal pesawat jet F-16 Israel yang menyebabkan pesawat Il-20 jatuh. Lieberman menyalahkan Presiden Suriah Bashar al-Assad yang telah berbohong.
Lieberman mengatakan selama dua tahun terakhir sudah 200 serangan Israel yang ditargetkan ke fasilitas milik Iran dan pasukan Hezbollah tapi tidak ada satu pun pasukan Rusia yang terluka.
“Tiba-tiba, kami dituduh ‘mengatur’ hal ini, tidak masuk akal, sebagai tambahan Anda harus memahami kecepatan F-16 itu dua setengah kali lebih cepat daripada Il-20, dan pada saat pertahanan udara Suriah menembak, pesawat Israel sudah berada di wilayah kami,” papar Lieberman.
Lieberman mendorong ketegangan antara kedua negara ini diselesaikan melalui dialog meski situasinya sangat serius. Ia juga meminjam ungkapan Presiden Rusia Vladimir Putin yang mengatakan kejadian itu sebagai ‘rantai kejadian yang tragis’.
“Oleh karena itu perlu memperlakukan dan memahami persoalan itu dengan cari ini, keduanya Israel dan Rusia harus lebih bijaksana, harus ada dialog positif, bekerja sama, dibandingkan terlibat dalam pertarungan publik,” tukas Lieberman.[IZ]