JAKARTA (Panjimas.com) – Secara harfiyah, musibah artinya mengenai, menimpa atau membinasakan. Musibah adalah kejadian apa saja yang menimpa manusia yang tidak dikehendakinya. Kita tentu sepakat bahwa tidak ada satupun dari warga Indonesia, apalagi kalangan muslim yang menghendaki musibah gempa bumi dan gelombang Tsunami yang menimpa Sulawesi Tengah, bahkan Aceh beberapa tahun lalu.
“Musibah telah terjadi, dan meskipun kita tidak menghendakinya tetap dan mungkin saja akan terjadi lagi, bahkan yang lebih besar dan lebih dahsyat lagi. Musibah di Palu memang dahsyat, tapi sejarah tentang itu menunjukkan ada yang lebih dahsyat lagi,” ujar Ketua Dept. Dakwah, Ukhuwah dan Sumberdaya Keumatan PP DMI (Dewan Masjid Indonesia), Ustaz H. Ahmad Yani kepada Panjimas, Selasa (2/10/2018).
Menurut Ustaz Ahmad Yani yang juga Ketua LPPD Khairu Ummah, musibah bisa dikelompokkan dengan dua sudut pandang. Musibah bisa disebut sebagai ujian, manakala orang atau masyarakat yang tertimpa musibah adalah mereka yang baik, shaleh atau taat kepada Allah swt.
Mengutip firman Allah Swt dalam Al Qur’an: “Sungguh, Kami akan menguji kamu berupa sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Sesungguhnya Kami adalah milik Allah dan kami akan kembali kepada-Nya”. Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk (QS Al Baqarah [2]:155-157).
Dari ayat di atas, jelas Ustaz Ahmad Yani, sikap yang harus ditunjukkan orang yang taat kepada Allah swt adalah selalu sabar atas ujian yang tidak menyenangkan. Pada banyak ayat dinyatakan bahwa Allah swt selalu bersama dengan orang yang sabar.
“Karena itu, sesulit dan seberat apapun persoalan yang dihadapi oleh seorang muslim, maka kebersamaan dengan Allah swt dalam bentuk kesabaran harus semakin diperkokoh, tanpa itu kesulitan tidak akan tertanggulangi bahkan bisa jadi malah semakin diperbesar oleh syaitan dan hawa nafsu sendiri,” ungkapnya.(des)