NEW YORK, (Panjimas.com) — Presiden Palestina Mahmoud Abbas menyerukan kepada Amerika Serikat (AS) untuk membatalkan pengakuannya atas Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Abbas juga mendesak agar AS untuk membatalkan kebijakan penghentian bantuan kepada rakyat Palestina. Menurutnya kedua hal tersebut akan mempengaruhi nasib penyeleseian konflik Palestina-Israel.
“Dengan semua keputusan itu, pemerintahan tersebut mengingkari semua komitmen AS sebelumnya dan memengaruhi penyelesaian dua negara,” pungkas Mahmoud Abbas dalam pidatonya dalam Sidang Majelis Umum ke-73 di markas besar PBB, New York.
“Saya perbarui seruan saya kepada Presiden Trump untuk membatalkan keputusannya dan membuat keputusan baru mengenai Yerusalem, pengungsi dan permukiman,” tegasnya.
Pembicaraan perdamaian Palestina-Israel terakhir gagal diadakan pada 2014 dan ada keraguan bahwa Presiden AS Donald Trump dapat menjamin yang dia sebut “kesepakatan akhir” sejak Trump mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel pada Desember dan memindahkan kedutaan AS ke sana pada Mei, dikutip dari Reuters.
Palestina ingin mendirikan sebuah negara di Tepi Barat dan Jalur Gaza, dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya.
Israel merebut wilayah-wilayah itu dalam perang Timur Tengah 1967 dan mencaplok Yerusalem Timur dalam langkah yang tidak diakui secara internasional. Israel memandang semua bagian kota itu sebagai ibu kota abadi dan tak terpisahkan.
Trump telah terdesak mengenai apakah ia mendukung ide solusi dua- negara, dengan satu bagi pihak Israel dan satu lagi untuk pihak Palestina, bagian penting dari kebijakan AS selama berpuluh tahun.
Pada Rabu, dalam dukungan paling jelas pemerintahannya bagi gagasan tersebut, ia berkata,”Saya suka solusi dua negara. Itulah apa yang saya pikir terbaik,” tetapi kemudian mundur, dengan mengatakan ia juga akan mendukung solusi satu negara jika kedua pihak menginginkannya.
Abbas mengatakan AS tidak dapat lagi menjadi mediator tunggal.
“AS bertindak sebagai mediator; namun sekarang kami memandang AS dengan pandangan baru. AS tak jadi mediator yang menangani sendirian,” ujar Abbas.
Palestina memboikot usaha-usaha perdamaian Washington setelah Trump menghentikan kebijakan yang sudah lama AS lakukan dengan mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel dan memindahkan kedutaan AS ke kota tersebut.
Sementara itu pada Kamis (27/09) pagi, Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi menyerukan pembicaraan perdamaian Palestina-Israel dimulai kembali, ketika dia bertemu dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di sela-sela Sidang Umum PBB.[IZ]