JAKARTA, (Panjimas.com) – Terkait adanya pendapat yang mengatakan bahwa sudahlah tak usah bahas PKI lagi. Karena PKI telah lama terkubur kenapa dikorek lagi. Masih banyak masalah bangsa ini seperti ekonomi, sosial, kesenjangan dll.
Untuk itu maka Panjimas pun meminta tanggapan dari Pengurus MUI Pusat, Anton Tabah Digdoyo terhadap pernyataan tersebut.
“Hampir semua bangsa punya sejarah baik buruk traumatik maupun heroik legendaris yang sangat membekas di jiwa bangsa tersebut. Sebagai contoh bangsa Jerman, setiap tahunnya juga memperingati kekejaman NAZI itu juga untuk mengingat sejarah,” ujar Anton Tabah. Kamis, (27/9).
Masih menurut dirinya bahwa Kitab Suci agama-agama lain itu banyak mengandung sejarah. Dalam Al-Quran sekitar 70% sejarah yang baik maupun yang buruk. Ini bermaksud agar Tuhan ajari manusia belajar sejarah.
Sejarah kelam bukan untuk dihapus. Tapi untuk dijadikan pelajaran agar tak berulang. AlQuran diprintahkan dibaca berulang-ulang bahkan menghafal AlQuran agar selalu ingat umat umat terdahulu. Belajar dan bercermin setiap tahun ditutur ulang filmnya diputar ulang demi generasi ke generasi.
“Ini juga bukan berarti memupuk dendam apalagi permusuhan. Bangsa Indonesia sangat pemaaf tapi tak boleh berupaya hidupkan lagi PKI yang justru di era saat ini gejalanya makin tampak,” katanya.
Contoh yang nampak terlihat adalah seperti melarang swepping berlogo PKI. Berpidato bahwa PKI bukan ancaman Pancasila dan menjalin kerjasama dengan Partai Komunis Cina (PKC) secara terang terangan. Hal ini justru adalah melanggar KUHP pasal 107a s/d 107f yo UU 27/1999 yang ancaman hukumannya adalah cukup berat, yakni diatas 15th penjara.
Bahkan akhir-akhir ini ada saran dari pemerintah untuk menghilangkan adegan adegan kekejaman dalam film G30S PKI. Saya tidak setuju film sejarah diubah ubah.
Karena film sejarah itu beda dengan film entertainment yang bisa diubah-ubah sesuai selera publik atau selera zaman. Film sejarah adalah saksi kehidupan suatu bangsa.
“Adegan kekejaman PKI dalam film G30S PKI tersebut sudah teruji di persidangan peradilan yang terbuka dengan saksi-saksi dan alat bukti diperkuat pula dengan forensik crime/ scientific crime investigations valid akurat itulah inti sejarah dan saya himbau seluruh rakyat Indonesia untuk nobar film G30S/PKI,”
pungkas mantan Jendral Polri tersebut. [ES]