BERLIN, (Panjimas.com) — Gereja Katolik Jerman baru-baru ini meminta maaf kepada para korban pelecehan seksual anak oleh ribuan pasturnya, Selasa (25/09).
Kardinal Reinhard Marx, Presiden Konferensi Waligereja Jerman, mengatakan dalam konferensi pers di Fulda bahwa penyelidikan baru-baru ini mengungkap ratusan kasus pelecehan seksual anak.
“Sudah lama gereja membantah, memalingkan muka dan menutup-nutupi pelanggaran. Saya minta maaf untuk ini dan untuk semua rasa sakit, ” pungkasnya, dikutip dari Anadolu Ajansi.
Penyelidikan empat tahun yang dikeluarkan oleh Gereja Katolik Jerman pada hari Selasa (25/09) mengungkapkan bahwa para pemimpin gereja menutup-nutupi pelecehan seks oleh setidaknya 1.670 pastor antara tahun 1946 dan 2014.
Setidaknya 3.677 anak menjadi sasaran eksploitasi seksual, demikian menurut laporan penyelidikan itu terungkap.
Kardinal Reinhard Marx berjanji bahwa Konferensi Uskup akan membahas pekan ini kemungkinan reformasi untuk memastikan bahwa insiden semacam itu tidak akan terjadi lagi.
Sisi Gelap 68 Tahun Gereja Katolik Jerman
Media Jerman Der Spiegel baru-baru ini menuliskan laporan yang mengejutkan dunia internasional, mengenai terungkapnya fakta mengejutkan tentang hasil penelitian internal Gereja Katolik Jerman perihal pelecehan seksual anak yang melibatkan oknum Gereja. Bahkan, Gereja Katolik Jerman telah mengakui adanya pelecehan anak-anak oleh kalangan gereja, Hal ini menyusul bocornya laporan yang menyebutkan adanya ribuan anak-anak yang menjadi korban pelecehan seksual selama hampir 70 tahun lamanya.
Dokumen bocor itu disusun atas perintah Konferensi Wali Gereja Jerman, dan menyebutkan adanya 1.670 pastor yang telah melakukan penganiayaan seksual terhadap 3.677 anak dibawah umur.
Tercatat, sebagian besar korban pelecehan seksual tersebut adalah anak laki-laki. Hal iitu terjadi antara rentang waktu tahun 1946 sampai 2014, demikian dilansir dari Der Spiegel.
Laporan ini menjadi serangkaian informasi yang membongkar pelecehan seksual Pastor Katolik Roma selama beberapa dekade di seluruh dunia.
Laporan Der Spiegel itu mengutip bocoran dari penelitian yang dilakukan oleh tiga universitas di Jerman. Uskup Agung Jerman, Trier Stephan Ackermann mengatakan gereja sudah mengetahui banyaknya pelecehan seperti yang ditunjukkan dalam laporan tersebut.
Der Spiegel menuliskan bahwa hanya sekitar 38 persen dari seluruh pelaku yang dibawa ke meja pengadilan. Bahkan, para pelaku tersebut hanya mendapat hukuman ringan. Sementara itu, menurut Spiegel satu di antara enam kasus dapat dimasukan ke dalam kasus pemerkosaan.
Kebanyakan korban adalah anak laki-laki yang berusia di bawah 13 tahun. Para pelaku biasanya hanya dipindahkan ke komunitas baru yang tidak diberi peringatan tentang catatan kejahatan pelaku sebelumnya.
Penelitian ini berdasarkan kompilasi dokumen dari tiga universitas di Jerman. Ada sekitar 38 ribu dokumen dari 27 Keuskupan yang digunakan. Para penulis penelitian ini mengatakan, angka pelecehan kemungkinan besar jauh lebih besar karena banyak dokumen yang dihancurkan atau dimanipulasi.
Uskup Eckermann mengatakan penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan sisi gelap dari Gereja Katolik Roma. Uskup Ackermann mengatakan penelitian ini tidak hanya untuk para korban tapi juga untuk gereja agar mereka dapat memperbaiki kesalahan mereka sendiri dan tidak terulangi lagi.
“Saya tekankan penelitian ini tidak untuk gereja sendiri tapi juga yang pertama dan paling utama, untuk para korban,” tukas Ackermann.
Uskup Ackermann mengatakan laporan tersebut lebih dulu bocor sebelum gereja melihatnya. Dia mengatakan Gereja Katolik Jerman berencana untuk membuka konsultasi kepada orang-orang yang pernah menjadi korban pelecehan seksual tersebut.
Penelitian Jerman ini menjadi pukulan terbaru yang memberatkan kepemimpinan Kepausan di Vatikan.
Laporan ini muncul setelah dilakukannya kajian yang menyatakan lebih dari 1.000 anak yang dilecehkan secara seksual selama tujuh dekade di Pennsylvania, Amerika Serikat (AS).
Studi penelitian tersebut menyebutkan ada lebih dari 300 Pastur yang terlibat. Hal ini menjadi bukti nyata bahwa Gereja menutupi kejahatan ini dengan cara yang sangat sistematis.
Menanggapi bocornya hal ini, Vatikan tidak segera mengeluarkan pernyataan resminya. Akan tetapi, Paus Fransiskus dijadwalkan akan memanggil para uskup Katolik ke Vatikan untuk membahas tentang merebaknya kasus pelecehan seksual anak di Gereja pada bulan Februari tahun depan. Juru bicara Vatikan mengungkapkan para kepala uskup nasional Gereja Katolik itu akan bertemu Paus Fransiskus pada 21-24 Februari 2019 mendatang.
Juru bicara Vatikan mengatakan bahwa pelecehan seksual adalah topik utama rapat itu. Mereka diajak untuk menghadiri rapat soal perlindungan terhadap anak-anak yang rentan menjadi korban pelecehan seksual di gereja, demikian menurut laporan Reuters.
Gereja Katolik menghadapi berbagai skandal pelecehan seksual di beberapa negara besar, seperti di Amerika Serikat, Cile, Australia, Irlandia, dan Jerman.[IZ]