CIANJUR, (Panjimas.com) – Sejalan dengan pemikiran yang disampaikan oleh Ketua Umum Parmusi, Usamah Hisyam terkait soal mengislamkan Indonesia bukan malah sebaliknya. Maka Ketua Dewan Pertimbangan (Wantim) MUI, Prof Din Syamsudin menyatakan sepakat dengan hal tersebut.
“Saya setuju dengan prinsip bahwa kita harus melakukan proses keislaman untuk keindonesian. Karena kita berdakwah di Indonesia menunaikan misi sebagai khalifatullah fil ardhi yang harus dimulai jadi khalifatullah fi Indonesia. Karena itu dakwah itu mengislamkan Indonesia, bukan mengindonesiakan Islam,” ujar Din Syamsudin dihadapan peserta Jambore Dai.
Dakwah di Indonesia, kata mantan Ketum Umum Muhammadiyah itu, tantangannya semakin berat dan sangat kompleks.
Dirinya juga mengatakan bahwa dirinya pada era tahun 1980 an membaca hasil kesimpulan yang dibuat oleh Majelis Tabligh PP Muhammadiyah yang saat itu diketuai H Muhammad Amien Rais. Saat itu disimpulkan tantangan dakwah di Indonesia itu ada tiga tahapan.
Ketiga tantangan itu adalah sekularisasi, indigenisasi dan penyiaran agama oleh agama lain.
“Kalau saya berpendapat ketiga tantangan dakwah ini masih riil dan masih berlangsung,” tuturnya.
Sekularisasi, kata Din Syamsudin, berjalan sesuai dengan arus modernisasi yang ada di Indonesia. Sekularisasi berpangkal dari sekulerisme, paham yang berpandangan manusia hanya kini dan di sini. Tidak ada hidup nanti dan disana. Pandangan ini bertentangan dengan Islam yang meyakini ada kehidupan nanti dan disana.
Sedangkan indigenisasi adalah upaya-upaya menghidupkan kembali ajaran- ajaran pra-Islam yang bertentangan dengan akidah Islam.
Sementara penyiaran agama kepada agama lain membuat umat Islam berpindah keyakinan.
“Salah satunya adanya proses pemurtadan yang terjadi dan ada di Indonesia saat ini,” pungkasnya. [ES]