WASHINGTON, (Panjimas.com) —- Laporan investigasi pemerintah Amerika Serikat (AS) mengungkapkan bahwa Militer Myanmar “merencanakan dan mengkoordinasikan” pembunuhan massal, pemerkosaan massal, dan sejumlah kejahatan lainnya terhadap etnis Muslim Rohingya.
Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) akan menyiarkan hasil penyelidikan itu pada Senin dan akan menggunakannya sebagai alasan pemberlakuan sanksi tambahan, demikian menurut Reuters.
Akan tetapi, penyelidikan itu tidak menyebutkan aksi militer terhadap Rohingya sebagai tindakan genosida.
Laporan Reuters mengungkapkan bahwa persoalan ini sempat menjadi bahan perdebatan sengit yang membuat mereka harus menunda penyiaran hasil investigasi selama hampir satu bulan.
Dalam investigasi itu, Amerika Serikat mewawancarai lebih dari seribu warga Rohingya di tempat penampungan pengungsi Bangladesh, yang menjadi tempat pelarian bagi hampir 700.000 warga Muslim Rohingya.
“Survei ini mengungkapkan bahwa kekerasan di kawasan utara Rakhine terjadi dalam skala yang sangat besar, luas, ekstrem, dan sepertinya ditujukan untuk meneror para penduduk serta mengusir warga Rohingya,” tulis laporan setebal 20 halaman itu.
“Skala operasi militer yang ada menunjukkan bahwa aksi ini sangat terencana dan terkoordinasi,” tulis laporan itu.
Para pengungsi bercerita apa yang mereka saksikan, termasuk bagaimana para tentara Myanmar membunuh bayi dan anak kecil, menembak sejumlah pria tak bersenjata, dan mengubur orang hidup-hidup.
Mereka juga menceritakan pelecehan seksual oleh Militer Myanmar terhadap perempuan Rohingya, yang sering dilakukan di muka umum
Salah seorang saksi mengaku melihat empat gadis Rohingya diculik, diikat dengan tali, lalu diperkosa selama tiga hari, demikian laporan Deplu AS.[IZ]