JAKARTA, (Panjimas.com) – Cawapres KH Ma’ruf Amin dalam sebuah kesempatan menyebut bahwa Ijtima Ulama II yang mendukung Prabowo-Sandi sebagai capres/cawapres di Pilpres 2019, bukan ulama betulan.
Hal ini langsung ditanggapi oleh KH Anton Tabah Digdoyo selaku Dewan Pakar Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) yang sangat menyesalkan pernyataan tersebut keluar dari seorang Kyai Ma’ruf Amin.
“Sebagai ulama, harusnya KH Ma`ruf tidak menyampaikan hal itu, karena dapat merusak citra pribadinya sebagai ulama dan juga dapat berakibat fatal dengan turunnya Elektabilitas beliau pada Pilpres 2019 mendatang,” ujar Anton Tabah pada Selasa, (18/9).
Masih menurutnya, sangat aneh jika seorang KH Ma’ruf Amin mengatakan seperti itu. Apalagi, dirinya juga pasti sudah tahu bahwa ribuan ulama yang mendukung Ijtima’ Ulama adalah para ulama yang sangat ternama di Republik ini.
Anton juga menilai bahwa ribuan ulama yang mengeluarkan kesepakatan atau ijtima merupakan tokoh ulama di Indonesia yang tidak diragukan lagi kefaqihan ilmunya. Oleh karenanya, para ulama tersebut bukan cuma pandai, tapi faqih (memahami ilmu agama Islam dengan baik). Sesuai ajaran Islam, antara pandai dengan faqih sangat jauh berbeda.
“Dalam Islam antara pandai dengan faqih berbeda,” tegasnya di Jakarta.
Anton mengatakan, banyak orang Islam walaupun sekaliber ulama yang pandai agama, tapi tidak faqih; sehingga dengan mudah tergoda oleh nafsu duniawi yang fana ini. Namun jika ulama yang faqih, maka otomatis pandai dalam ilmu agama. Orang yang faqih agama, tidak mudah tergoda oleh nafsu syahwat duniawi, berapapun diganti dengan gaji, jabatan, fasilitas dan lain-lainnya.
Anton juga mengatakan bahwa seperti sabda Nabi Muhamad SAW yang masyhur: “Setan kesulitan menggoda seorang faqih agama dari pada menggoda 1000 ahli ibadah yang tidak faqih agamanya”.
Oleh karenanya, jangan heran jika ada orang yang selama ini ditokohkan sebagai ulama, tiba-tiba berbalik mendukung dan menjadi pembela penista Al-Quran.
Padahal rakyat Indonesia tidak akan lupa, siapa penista Al-Quran dan siapa pembelanya, baik dari perorangan, parpol, ormas dan lainnya hingga si penista Al-Quran sendiri tersebut.
“Ironisnya, penista Al-Quran tersebut diperlakukan sangat istimewa oleh penguasa rezim ini. Umat Islam menandai dengan cermat penista Al-Quran dan pembela-pembelanya,” tandasnya.
Masih menurut Anton bahwa Allah SWT juga memvonis mereka hanya dua golongan, yaitu kalau tidak kafir yah munafik : (QS An Nisaa’ ayat 138-145, Al-Maaidah ayat 57-58 dan Al-A’raaf ayat 50-51).
“Karena itu tanya pada pak Ma’ruf yang sebenarnya ulama abal-abal itu siapa dan ulama yang sesungguhnya itu juga siapa ?” pungkas pensiunan Jenderal polisi itu. [ES]