SANA’A, (Panjimas.com) — Ratusan ribu anak-anak Yaman terancam meninggal dunia akibat serangan-serangan intensif yang merusak hingga menutup sementara pelabuhan penting Hudaydah, demikian pernyataan “Save the Children”, Rabu (19/09), usai meningkatnya tensi pertempuran sengit di kota pelabuhan Yaman itu.
Laporan Save the Children menyebutkan keluarga-keluarga Yaman telah berusaha keras untuk memperoleh makanan dan akses transportasi ke fasilitas-fasilitas kesehatan karena harga-harga terus meroket, dan jika terjadi kembali gangguan, jutaan anak lagi akan berisiko kelaparan.
“Bahkan jika terjadi gangguan sekecil apa pun terhadap makanan, bahan bakar dan pasokan bantuan melalui pelabuhan vital itu, kematian mengancam ratusan ribu anak-anak kurang gizi karena mereka tak dapat mempermakanan yang dibutuhkan untuk bertahan hidup,” ujar Tamer Kirolos, perwakilan Save the Children di Yaman.
Hudaydah merupakan pelabuhan utama negara Arab yang miskin itu, tempat 8,4 juta orang diyakini berada di ambang kelaparan, dan urat nadi bagi jutaan orang, demikian menurut laporan Thompson Reuters Foundation.
Koalisi Arab pimpinan Saudi yang bertempur melawan kelompok pemberontak Syiah Houthi telah meningkatkan serangan udara dan memulai kembali pergerakan militernya untuk merebut wilayah Yaman yang masih dikuasai Houthi setelah perundingan damai yang gagal awal September ini.
“Perang ini berisiko membunuh satu generasi anak-anak Yaman yang menghadapi berbagai ancaman, mulai dari bom hingga kelaparan sampai penyakit — Seperti apa Yaman nanti?” tukas Tamer Kirolos.
Kota Pelabuhan Hudaydah, yang berada di pantai Laut Merah di bagian Barat-Daya Yaman, memiliki kepentingan strategis sebab kota tersebut adalah gerbang ke luar Ibu Kota Yaman, Sana`a, yang kini telah diduduki milisi Syiah Al-Houthi –yang disokong Iran– sejak September 2014.
Lebih 28.000 jiwa tewas ataupun luka-luka selama perang dan 3 juta hidup dalam keadaan nestapa, demikian ditekankan para pejabat PBB. Ribuan korban lainnya tewas karena kurang gizi, penyakit dan kesehatan yang buruk.
Perang Yaman, ‘Neraka’ Bagi Anak-Anak
UNICEF baru-baru ini mengungkapkan fakta memprihatinkan perihal konflik Yaman. Perang yang telah berlangsung lebih tiga tahun itu telah memporakporandakan negeri.
“Konflik telah membuat Yaman seperti neraka bagi anak-anaknya,” pungkas Meritxell Relano, Perwakilan UNICEF di Yaman, dikutip dari Reuters.
Di bangsal bagi pasien yang menderita kekurangan gizi sebuah rumah sakit di Sana’a, ibu kota Yaman, para dokter menimbang berat badan bayi-bayi yang tulang-belulangnya tampak terlihat dengan alat seadanya.
Sebanyak 20 anak, yang sebagian besar berusia dua tahun, dirawat di bangsal Rumah Sakit Sab’een, mereka termasuk di antara ratusan ribu anak-anak yang menderita kekurangan gizi akut di negara miskin nan penuh konflik tersebut.
Relano mengatakan lebih 11 juta anak-anak Yaman menghadapi ancaman kekurangan pangan, penyakit, dan ketiadaan akses ke layanan sosial dasar. Jumlah tersebut mencapai 80 persen dari jumlah populasi penduduk negara itu yang berusia di bawah 18 tahun.
“Sekitar 1,8 juta anak-anak kekurangan gizi di negara itu. hampir 400 ribu di antara mereka menderita kurang gizi akut dan mereka berperang untuk bertahan hidup setiap hari,” ujar Meritxell Relano.
Konflik Yaman telah menimbulkan krisis kemanusiaan di negara yang berpenduduk 28 juta jiwa itu, 8,4 juta orang diantaranya diyakini berada di ambang kelaparan dan 22 juta sangat bergantung pada bantuan kemanusiaan.
Yaman Diambang Bencana Kelaparan
Ancaman bencana kelaparan di Yaman dilaporkan naik 25 persen. Hal ini merupakan akibat dari kekurangan pangan yang parah serta pertempuran di kota pelabuhan utama Hudaydah, demikian menurut sejumlah organisasi kemanusiaan, Senin (23/07/2018). Sebagaimana diketahui, Hudaydah selama ini menjadi titik masuk penyaluran bantuan internasional bagi jutaan warga Yaman.
Ratusan penduduk terpaksa mengungsi akibat konflik dan banyak di antara mereka tidak bisa makan dengan teratur dan mengemis di jalanan. Sekitar 8,4 juta warga Yaman diperkirakan sudah nyaris kelaparan.
“Kami menilai negara ini telah berada di ujung tanduk dalam hal bencana kelaparan. Bencana ini bisa melanda mereka kapan saja,” pungkas Suze van Meegen, juru bicara organisasi Norwegian Refugee Council melalui sambungan telepon dari kota Sana’a, dilansir dari Reuters.
“Kami menyaksikan kondisi memprihatinkan yang memburuk. Semakin banyak orang yang mengemis di jalanan,” pungkasnya.
Program Pangan Dunia PBB (WFP) mengatakan bahwa empat dari 10 anak (atau sebanyak 40 persen) anak di bawah umur lima tahun kini menderita kekurangan gizi akut. WFP juga memperkirakan jumlah pengungsi telah naik menjadi 200.000 orang sejak pertempuran di Hodeida dimulai.
“Pencegahan bencana kelaparan di Yaman akan bergantung pada kemampuan WFP dan badan kemanusiaan lain untuk mendistribusikan bantuan kepada mereka yang sangat membutuhkan,” jelas Stephen Anderson, Direktur WFP untuk Yaman.
Pada tahun lalu, PBB sempat menyatakan bahwa sejumlah wilayah di Yaman telah dilanda bencana yang mirip dengan kelaparan. Tetapi tidak semua daerah memenuhi kualifikasi bencana tersebut.
Untuk dinyatakan sebagai negara yang mengalami kelaparan, prosentasi penduduk yang tidak mampu memenuhi kebutuhan pangan sendiri harus mencapai lebih dari 20 persen. Syarat kedua, ada sekitar 30 persen anak di bawah umur lima tahun yang menderita kekurangan gizi akut. Sementara yang terakhir, angka kematian setidaknya naik dua kali lipat.
Pertempuran di Hudaidah dimulai saat pasukan pimpinan Arab Saudi dan Uni Emirat Arab mulai melancarkan operasi militer di kota pelabuhan itu. Hudaidah kini menjadi ajang pertempuran terbesar dalam konflik yang telah menewaskan lebih dari 10.000 orang.
Perang di Yaman telah menyebabkan salah satu krisis kemanusiaan terbesar di dunia. Sekitar 22 juta penduduk di negara itu kini bergantung pada bantuan asing.
Van Meegan mengatakan bahwa situasi di pusat kota Hudaydah kini mulai tenang. Namun, pertempuran sengit di kawasan selatan di kota itu telah menyebabkan banyak warga sipil tewas dan memaksa warga meninggalkan rumahnya.
Perang antara koalisi pasukan internasional pimpinan Arab Saudi melawan kelompok bersenjata Houthi — yang mendapat dukungan dari Iran — sebelumnya sempat menyebabkan pelabuhan tertutup.
Padahal, pelabuhan di Hudaidah adalah pintu masuk bagi bantuan makanan, bahan bakar, dan obat-obatan.
Pada Juni lalu, WFP berhasil mendatangkan tiga kapal berisi makanan bagi enam juta orang selama satu bulan. Anderson mengatakan bahwa kemungkinan pelabuhan Hudaidah kembali tertutup adalah “kekhawatiran utama”nya.
Yaman yang kini menjadi negara miskin, tetap berada dalam keadaan kacau sejak tahun 2014, ketika milisi Syiah Houthi dan sekutunya menguasai ibukota Sanaa dan bagian-bagian lain negara ini.
Sejak Maret 2015, koalisi internasional yang dipimpin Saudi telah memerangi pemberontak Syiah Houthi yang disokong rezim Iran dan pasukan-pasukan yang setia kepada mantan Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh, Arab Saudi dan sekutu-sekutu negara Muslim Sunni meluncurkan kampanye militer besar-besaran yang bertujuan untuk mengembalikan kekuasaan yang diakui secara internasional dibawah Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi.
Arab Saudi dan para sekutunya melihat milisi Houthi sebagai proxy kekuatan Iran di dunia Arab. Koalisi militer Arab yang dipimpin oleh Saudi di Yaman terdiri dari Koalisi 10 negara yakni Arab Saudi, Kuwait, Uni Emirat Arab, Qatar, Bahrain, Yordania, Mesir, Maroko, Sudan, dan Pakistan.
Sejumlah organisasi hak asasi manusia telah menuding Kerajaan Saudi terlibat kejahatan perang sebagai akibat dari kampanye pengebomannya yang dapat dianggap sembarangan dan menyebabkan kerusakan berlebihan pada negara tersebut termasuk jumlah korban tewas yang cukup tinggi.
Menurut pejabat PBB, lebih dari 10.000 warga Yaman telah tewas akibat konflik berkepanjangan ini, sementara itu lebih dari 11 persen dari jumlah penduduk negara itu terpaksa mengungsi, sebagai akibat langsung dari pertempuran yang tak kunjung usai. Untuk diketahui, lebih dari setengah total korban adalah warga sipil. sementara 3 juta lainnya diperkirakan terpaksa mengungsi, di tengah penyebaran malnutrisi dan penyakit.[IZ]