JAKARTA (Panjimas.com) – Beberapa elemen bergabung dalam relawan Kotak Hijau untuk Jokowi dan KH. Ma’ruf Amin. Mereka mengklaim atas nama Generasi Muda Masyumi Indonesia, Forum Alumni PII, Forum Alumni Santri Persis, Pemuda Lintas Mazhab, Habib Muda Untuk Jokowi, Pemuda Malirja, Jamaah Toldemiyah, dan Ikatan Keluarga Pesantren Darunnajah.
Dalam Deklarasi Kotak Hijau, disebutkan sejumlah nama dan perwakilannya. Masri Ikoni mewakili Generasi Muda Masyumi Indonesia, Jamaluddin Sondakh atas nama Forum Alumni PII, Teguh Wiguna perwakilan Forum Alumni Santri Persis , Tubagus Zaenal Arifin mengklaim dari Habib Muda untuk Jokowi, Irada H. Ismail dari Pemuda Malirja.
“Saya memang bener-bener alumni Persis Garut Rancabogo tahun 2002. Ijazah Persis saya ada. Karena itu saya punya hak politik,” kata Teguh Wiguna kepada Panjimas usai Konferensi Pers di Jakarta.
Mencatut nama Forum Alumni Santri Persis, Ketua Bidgar Jam’iyyah PP Persis, Dr. Ihsan Setiadi Latif mengatakan, banyak yang mengatasnamakan alumni pesantren per angkatan biasanya. Jadi, memang tidak ada lembaga resmi alumni bernama forum alumni santri persis.
Hal senada juga dikatakan Waketum PP Persis Dr. Jeje Zainudin, yang mengatasnamakan Forum Alumni Persis, dan itu hanya “klaim” saja, atau ada yg mengklaim atas nama alumni. “Intinya PP Persis menegaskan forum alumni santri Persis bukan bagian dari Persis. Hanya klaim saja,” katanya.
Begitupula dalam siaran pers disebut Kotak Hijau untuk Jokowi dan KH. Ma’ruf Amin didirikan oleh pendiri Gerindra (Fami Fachrudin). Menaggapi hal itu, Ketua Bidang Advokasi dan Anggota Dewan Pembina DPP Partai Gerindra Habiburrokhman ketika dikonfirmasi Panjimas, mengatakan, “Setahu saya beliau (Fami Fachrudin) sudah lama nggak di Gerindra, sudah bukan anggota. Jadi, hak beliau mau ngapain,” kata Habiburrokhman.
Dalam deklarasi relawan Kotak Hijau, Rabu (19/9/2018) di Bumbu Desa Cikini, Ketua Presidium Kotak Hijau, Fami Fachrudin mengatakan, Kotak Hijau mempunyai misi utama untuk mereduksi arus disinformasi dan hoaks’ yang berkembang di tengah umat Islam. Dia menambahkan, umat Islam yang seharusnya penuh hikmah, beradab dan adil terjebak dalam ujaran kebencian dan informasi provokatif.
“Kelompok Islam yang tergabung dalam Alumni 212 dan Ijtima’ Ulama, telah kehilangan identitas keagamaan. Merasa paling benar, bahkan merasa mendapat restu dari langit dan menyebutnya sebagai Pasukan Badar dasn sebagainya,” kata Fami Fachrudin saat memberi sambutan.
Fami juga mengemukakan prinsip Islam Washatiyah sebagai prinsip Kotak Hijau. Umat Islam harus mampu berdialog dengan baik di tengah-tengah perbedaan, baik di internal umat Islam maupun di antara komponen bangsa“Frasa anti aseng sebaiknya dihindari, karena banyak saudara Tionghoa adalah Muslim dan yang non Muslim adalah anak bangsa Indonesia,” ujamya. (des)