JAKARTA (Panjimas.com) – Ketua Umum Aliansi Nasional Anti Syiah (ANNAS), KH Athian Ali M Dai, Lc, MA, mengingatkan bahaya potensi konflik perayaan Asyura aliran sesat Syiah.
Oleh sebab itulah perayaan Asyura, selamanya harus dilarang di berbagai daerah.
KH Athian Ali menegaskan, pada dasarnya umat Islam sangat toleran dengan keyakinan orang lain. “Kita sangat toleransi, orang mau keyakinan agama apa pun, sesesat apa pun menurut keyakinan kita itu hak dia,” ujar KH Athian Ali kepada Panjimas.com, Rabu (20/9/2018).
Namun, menurut KH Athian Ali, sangat tidak mungkin bertoleransi kepada pihak yang menghina agama dan keyakinan orang lain.
“Tidak bisa kita toleran dan tidak mungkin ada agama manapun yang toleran kepada pihak yang menodai, mencerca, mencaci maki, menghina agama dan keyakinan orang lain,” ujarnya.
Tindakan penodaan agama itulah yang dilakukan oleh pemeluk aliran sesat Syiah, terutama ketika menggelar perayaan Asyura. Sementara, menodai keyakinan orang lain, masuk pada ranah pidana yang diatur KUHP.
“Itu juga diatur oleh hukum di negara ini KUHP 156 a, kalau itu adalah penodaan terhadap agama. Syiah melakukan itu dan saya yakin siapa pun umat Islam atau siapa pun yang beragama tidak mungkin bisa menerima, bisa toleran kepada orang yang melakukan kejahatan pidana menodai keyakinan orang lain. Sehingga sangat mungkin konflik itu terjadi,” ungkapnya.
Oleh sebab itu, KH Athian Ali mengingatkan aparat keamanan, jangan sampai kegiatan Asyura yang memicu konflik itu digelar. Peristiwa berdarah di Sampang, Madura, harus menjadi pelajaran berharga, pentingnya mencegah konflik itu terjadi.
“Asyura sepanjang keyakinan mereka, itu yang dilakukan (penodaan). Saya pernah kok berkunjung delapan hari ke Iran, dalam perayaan Asyura itu terbuka mereka membuat penodaan, penghinaan, serperti apa yang dilakukan seorang tokoh Syiah di Madura sehingga memicu konflik berdarah-darah. Mereka sebut Al-Qur’an bukan kitab suci, laknat Abu Bakar, laknat Umar dan lain-lain, itu memancing kemarahan umat,” tandasnya. [AW]