JAKARTA, (Panjimas.com) — Gelombang Aksi Mahasiswa mengkritisi kinerja pemerintahan Jokowi semakin meluas. Kali ini digelar di Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB) yang diinisiasi oleh para aktifis IMM, Rabu (19/09) siang di depan Kantor DPRD Provinsi NTB.
Koordinator Lapangan (Korlap) Aksi Syarif Hidayat menyampaikan, kritikannya karena saat ini rupiah tidak berdaya terhadap dolar AS hingga menyebabkan inflasi dan kebutuhan bahan pokok masyarakat turut ikut naik.
“Bahan-bahan pokok yang ada di dalam negeri terus dinaikkan oleh pemerintahan. Ini tidak mampu dikendalikan oleh Menteri Perdagangan, Menteri Pertanian apalagi menteri perekonomian,” jelas Syarif Hidayat saat memberikan keterangan persnya, Rabu (19/09) siang.
Menurutnya hal itu sangat miris, jika mahasiswa tidak bergerak dan mengkontrolnya maka ia meyakini krisis moneter yang melanda Indonesia tahun 1997-1998 akan kembali terulang.
Mantan Presiden Mahasiswa UMMAT ini juga menyentil pemerintah yang sering mengimpor beras. Menurutnya, negara Indonesia adalah negara agraris.
“Justru Jokowi harus benar-benar mengelola negara ini dengan baik. Kericuhan dimana-mana, termasuk tindakan persekusi yang dilakukan oleh sekelompok orang sangat masif,” ujar Kabid Hikmah DPD IMM ini.
Syarif Hidayat melanjutkan, Nawacita menjadi visi pemerintahan Jokowi JK sejak 2014 harus direalisasikan dan pemerintah harus melakukan devaluasi untuk menstabilkan nilai rupiah yang tercekik oleh USD.
Ia menegaskan, bahwa aksi yang dilakukannya bukan merupakan pesanan partai politik manapun. Aksi yang dilakukannya adalah murni untuk kepentingan bangsa dan negara.
“Kami tidak dipesan oleh partai politik manapun, bahkan pengusaha pun tidak, Wallahi demi Allah, demi tuhan kami yang maha kuasa,” pungkasnya.
Aksi unjuk rasa tersebut sempat diwarnai kericuhan. Hal ni dipicu ketika ratusan massa aksi tersebut membakar keranda mayat yang bertuliskan ‘Jokowi-JK Harus Turun Tahta”.
Kepolisian Mataram yang hadir di lapangan segera menembakkan ‘water canon’ di kerumunan massa aksi untuk memadamkan api. Kericuhan tidak berlangsung lama karena massa aksi maupun aparat saling menahan diri.[IZ]