JAKARTA (Panjimas.com) — Di bioskop-biskop, Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) tampil sebelum film diputar. Iklan beraroma kampanye terselubung itu mengundang protes banyak pihak (netizen), termasuk Wakil Ketua DPR RI Fadli Dzon. Ia mengomentari kicauan salah satu netizen dengan nama akun @RajaPurwa yang melampirkan foto cuplikan tayangan iklan di dalam bioskop tersebut. “Sebaiknya iklan ini dicopot dr bioskop,” kicau Fadli.
Menanggap protes tersebut, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) mengakui, iklan yang ditayangkan di bioskop itu sebagai bentuk keberhasilan pemerintah dalam menyasar generasi milenial. Namun, Kemkominfo membantah iklan tersebut terkait dengan Pemilihan Presiden 2019.
Pelaksana tugas (Plt) Kepala Biro Humas Kementerian Kominfo Ferdinandus Setu menilai tidak ada yang perlu dipermasalahkan dari iklan tersebut. Kemkominfo mengakui telah memasang iklan di jaringan bioskop di Indonesia, seperti iklan “2 Musim, 65 Bendungan.’
“Fungsi Kemkominfo adalah Government Public Relation, kabar baik pemerintah yang berjalan harus kami sampaikan, siapapun rezimnya harus kami sampaikan, kebetulan sekarang pak Jokowi,” kata Ferdinandus, Rabu (12/9).
Iklan 2 Musim, 65 Bendungan merupakan satu dari beberapa iklan yang ditayangkan di bioskop. Dalam iklan tersebut terdapat komentar seorang petani yang mengapresiasi pembangunan bendungan di tanah air.
“Dulu tak ada bendungan, hanya bisa menanam padi setahun sekali. Sekarang, ada bendungan dan irigasi, bisa menanam dan panen dua kali setahun,” kata Solihin, seorang petani tentang kehadiran bendungan di daerahnya.
Lewat iklan itu, pemerintah menampilkan keberhasilan membangun 16 bendungan lanjutan dan 49 bendungan baru sebagai upaya nyata mewujudkan ketahanan air dan pangan nasional. Iklan serupa juga pernah diunggah di akun YouTube Presiden Joko Widodo pada 23 Juli 2018. Hingga saat ini iklan tersebut telah ditonton sebanyak 118,970 kali.
Ferdinandus menegaskan iklan tersebut tak hanya ditayangkan di bioskop-bioskop tapi juga media lain dalam bentuk advetorial. “Media-media cetak kami juga pasang. Untuk yang di bioskop kami memang menyasar milenial, karena penonton bioskop kebanyakan milenial,” katanya.
Ferdinandus enggan mengungkap anggaran iklan yang digunakan Kemkominfo untuk memasang iklan di bioskop. “Saya tidak tahu pasti anggarannya, yang jelas iklan tersebut tahun ini, dan sudah direncanakan sejak lama, jadi bukan jelang Pilpres,” katanya.
Diprotes Netizen
Warganet pengguna akun media sosial Twitter di Indonesia ramai membicarakan soal iklan yang menampilkan Presiden Jokowi sebelum film diputar. Sindiran itu kali pertama mengemuka setelah akun media sosial twitter milik Nina Asterly (@nynazka) berkicau soal hal itu pada 9 September lalu.
“Barusan nonton di bioskop cinema XXI… tolooong kembalikan 3 menit sy yang terbuang percuma gara2 pas lagi asik2 nonton thriller film2 eeh tiba2 ADA IKLAN JOKOWI,” demikian kutipan kicauan yang dikutip dari akun @nynazka.
Kicauan Nina itu pun mendapatkan tanggapan dari netizen lain dengan beragam. Salah satunya akun yang mengatasnamakan Usup Supriyadi (@usupsupriyadi_). “Sebenarnya kalau iklannya layanan masyarakat tidak apa-apa, asal jangan jor-joran kampanye saja, karena belum masanya juga,” kicau dia.
Kemudian akun @Adjiekaiizan07 menanggapinya dengan kicauan menyebut akun jaringan bioskop terbesar di Indonesia. “@cinema21 tolong klarifikasi kejadian yang menimpa saudari ini. Apakah benar anda mengiklan kan salah satu capres?? Dan apa maksud dari iklan tsb di tayangkan di bioskop,” kicaunya. (des)