LOMBOK (Panjimas.com) — Dalam mencari informasi dari desa-desa yang dianggap dapat mewakili lokasi penelitian (Desa Kopang dengan dusun Ngorok, dusun Pendagi, desa Rembitan dengan dusun Endeu dan dusun Sade, Desa Banyumulek dengan dusun Ketenjer dan dasan Baru) Taufan Hidjaz dalam bukunya “Lombok, Negeri Beribu Masjid”, berkesempatan berbincang dengan para tetua atau anggota masyarakat di perdesaan yang dianggap masih cukup homogen dan berasal dari garis keturunan yang sama (sorohan).
Sangat menarik informasi yang diperoleh. Di dusun Sade di kawasan selatan pulau Lombok, ketika ditanyakan kepada para tetua ”….. mbe leman papuk balok pelungguh?” (…..dari mana nenek-moyang anda berasal?) maka jawaban yang diperoleh sebagian terbesar mengatakan asal nenek moyang mereka adalah dari pulau lain seperti Pulau Jawa, Sulawesi dan yang lainnya mengatakan dari Pulau Bali, meskipun memang secara tepat tidak bisa disebutkan di bagian mana Pulau Jawa, Sulawesi atau Bali nenek moyang mereka berasal.
Bila ditanyakan pada tetua masyarakat Sasak Lõmbõk yang sekarang dari mana asal nenek moyang mereka, pertanyaan tadi mendapat jawabanjawaban yang cukup variatif. Hal ini bukan hanya di kawasan Selatan, tetapi juga jika ditanyakan pada orang-orang tua didaerah Timur, Utara dan kemudian bagian Barat pulau Lombok.
Ada yang mengatakan ‘mereka’ berasal dari Pulau Sumbawa, Sulawesi, dari Majapahit, Tanah Melayu, Mandar, Bajo, Banjar dan jawaban lain yang juga berbeda, sehingga dapat disimpulkan bahwa, nenek moyang mereka mereka berasal dari luar pulau Lõmbõk. Beberapa desa dan wilayah mempunyai nama yang mirip dengan beberapa tempat di Jawa atau daerah lain, seperti Kediri,Kahuripan,Pajang, Kotaraja, Mataram,Kuta,dan lain-lain.
Ketika penelitian dilakukan didesa Bayan, Kabupaten Lombok Utara, diperoleh keterangan yang beranggapan bahwa penduduk asli desa Bayan adalah cikal bakal etnis Sasak di seluruh Lombok. Manusia pertama yang datang ke Lombok menetap di Bayan ketika di pulau Lombok masih merupakan kerajaan Suwung yang dihuni mahluk bukan manusia, dengan pusatnya di Gunung Samalas yang kemudian meletus hebat pada tahun 1237.
Letusan gunung ini sangat hebat dan meninggalkan kawah besar bergaris tengah 10 km dan menjadi danau Segara Anak dengan kedalaman 300m. Setelah Samalas meletus barulah manusia berkembang di Bayan dan memberi nama baru gunung Samalas menjadi gunung Rinjani dan Dewi penguasa gunung adalah Anjani. Penduduk Bayan sebagian kemudian berpencar membangun desa terdekat yaitu di Sembalun dan seluruh desadesa pulau Lombok, kemudian menjadi cikal bakal etnis Sasak.
Legenda asal usul desa Sembalun ini terdokumentasikan dalam cerita rakyat yang penuturannya bersumber dari beberapa orang.
Dinyatakan bahwa asal penduduk asli Sembalun ini adalah rombongan keluarga tentara kerajaan Majapahit yang sekitar tahun 1200 an datang dari utara melalui pelabuhan 33 Carik – desa Anyar untuk mendaki ke gunung Rinjani. Sebagian dari pendatang ini menetap dan mendirikan pemukiman di lokasi desa Bayan sekarang, sebagian lagi menuju Sembalun di kaki Rinjani. Ketika Gunung Rinjani (sebelumnya bernama Gn. Samalas) meletus sebagian besar penduduk pemukiman ini tidak bisa menyingkir dan punah oleh letusan tersebut.
Tujuh keluarga lari menyelamatkan diri dan setelah letusan reda kembali lagi ke Sembalun dan disuatu tempat membuat bangunan ”bale Beleq” yang artinya rumah besar untuk menampung ketujuh keluarga ini. Tempat ini kemudian berkembang menjadi desa Beleq. Sebagian keluarga ini kembali ke lokasi asal desa Sembalun lama dan membangunnya kembali dengan nama Sembalun Lawang, dan sebagian lagi membangun di lokasi lain dengan nama Sembalun Bumbung. Diakhir uraian diceritakan bahwa mereka merasa masih keturunan Raja Majapahit.
Ada keterangan tambahan yang menyatakan bahwa Gajah Mada pernah ke Sembalun dan ada meninggalkan sebuah tombak dan payung kebesaran Majapahit, yang sampai saat ini masih tersimpan di desa Sembalun.Nama Sembalun kata mereka berasal dari kata Sembah dan Ulun, yaitu persembahan kepada Ulun (penguasa alam) yang dipersonifikasikan kepada Dewi Penguasa Gunung Rinjani yaitu Anjani.
Seorang tokoh didesa Sade kabupaten Lombok tengah menceritakan legenda lain mengenai asal usul etnis Sasak. Penduduk asli sebagai pendatang berasal dari Pujon di Asia Selatan yang datang mengendarai Sasak yaitu sejenis perahu, karena itu disebut orang Sasak.
Sementara itu dijelaskan pula oleh sumber bahwa sejak awal perkembangannya masyarakat Lombok ini sudah sering berhubungan dengan orang-orang dari wilayah Nusantara Timur sampai sungai Talaud, juga ke barat sampai kerajaan Sriwijaya.
Oleh karena itu logat bahasa Sasak sangat banyak persamaannya dengan logat Palembang, namun pola kehidupan sosialnya sangat banyak persamaan dengan budaya Jawa dari jaman kerajaan Hindu Majapahit sebagai unsur budaya pemberi pengaruh yang paling kuat. Karena itu orang Sasak-Lombok juga mengenal wayang kulit.
Legenda ini diperkuat oleh keterangan penduduk desa Sade, Kabupaten Lombok Tengah yang 34 mengatakan bahwa mereka meyakini asal penduduk Lombok adalah dari campuran orang Majapahit dan Malaka. (desastian)