JAKARTA (Panjimas.com) — Tahun Baru Islam 1 Muharram 1440 H telah kita masuki dan peringati dengan berbagai aktivitas, mulai dari do’a akhir dan awal tahun, tabligh, muhasabah, dan kegiatan dakwah lainnya. Semua itu bermuara pada keinginan kita untuk menemukan kekurangan yang ada, baik sebagai pribadi, keluarga maupun masyarakat. Setelah itu memperbaiki serta meningkatkan kualitas sebagai muslim ideal.
Hal itu dikatakan Ustaz Ahmad Yani, Ketua Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Dakwah (LPPD) Khairu Ummah dalam sebuah tulisan dalam bukunya yang berjudul “Peringatan dari Hijrah”.
Dikatakan Ustaz Ahmad Yani, ditengah momentum kebangkitan kaum muslimin sedunia, kita amat senang dan bersyukur ketika mendapat informasi tentang betapa pesat perkembangan kaum muslimin di belahan dunia lain, salah satunya adalah muslim di Amerika Serikat. Diantara indikasi kemajuannya adalah semakin bertambah masjid dengan Islamic centernya.
“Setelah kita memperingati peristiwa hijrah, ada banyak hikmah atau pelajaran yang bisa kita peroleh. Apabila kita ingin sukses dalam mencapai kejayaan umat sebagaimana sukses yang telah diraih oleh Rasul dan para sahabat. Maka kitapun harus melakukan hal-hal yang dilakukan oleh Rasul dan para sahabatnya itu.”
Sekurang-kurangnya ada enam peringatan dan pelajaran, kata Ustaz Ahmad Yani, yang bisa kita dapatkan dari peristiwa hijrah Rasulullah saw danpara sahabatnya dari Makkah ke Madinah.
Pertama, perencanaan yang matang. Kedua, keharusan bekerjasama yang baik dalam berjuang menegakkan nilai-nilai Islam. Ketiga, pengorbanan yang besar. Keempat, pentingnya kesungguhan yang mantap. Kelima, persaudaraan yang indah. Dan keenam, hikmah peristiwa hijrah adalah pentingnya memiliki kebanggaan sebagai muslim.
”Hijrah merupakan suatu pelajaran yang dilakukan oleh Rasulullah saw dan para sahabat guna mendapatkan wilayah yang memungkinkan bagi tegaknya nilai-nilai Islam. Meskipun bila perjuangan Rasul mendapatkan kesulitan akan memperoleh pertolongan dari Allah Swt, tetap saja Rasul saw dalam perjuangannya tidak mengandalkan pertolongan Allah itu lalu beliau santaisantai saja, sama sekali tidak.”
Beliau justeru membuat perencanaan yang matang tentang strategi perjalanan hijrah agar kendala-kendala bisa dicegah menjadi sedikit mungkin. Perencanaan yang matang itu misalnya dengan ditugaskamya Ali bin Abi Thalib untuk tidur di tempat tidur Nabi guna mengecohkan orang-orang kafir yang hendak membunuh Nabi.
Perencanaan yang matang juga nampak dari tidak langsungnya Rasulullah berangkat ke Madinah, tapi beliau singgah dulu di gua Tsur selama tiga hari guna menyulitkan percarian terhadap Nabi yang dilakukan oleh orang-orang kafir. Begitu juga dengan perintah kepada Umar bin Khattab guna mengalihkan opini terhadap orang-orang kafir tentang kepergian beliau ke Madinah.
Bahkan jauh sebelumnya Rasul telah mengutus Mush’ab bin Umair untuk dakwah ke Madinah guna mendapatkan peluang wilayah hijrah bila tingkat permusuhan orang-orang kafir Quraisy semakin menjadi jadi dan banyak lagi sisi-sisi perencanaan yang matang dalam kaitan hijrah.
“Itu semua merupakan suatu isyarat dari Rasul Saw, bahwa perjuangan harus dilakukan dengan perencanaan yang matang, bila tidak, menjadi tidak jelas target apa yang harus dicapai dan apa saja aktivitas yang harus dilaksanakan,” (des)