JAKARTA (Panjimas.com) — Kerugian untuk Lombok atas hancurnya ratusan ribu rumah tinggal dan infrastruktur telah ditaksir oleh BNPB dan lembaga lain sebesar 4,3 triliun rupiah, termasuk kerugian atas robohnya masjid-masjid didaerah Lombok Utara dan Timur.
“Kita mendoakan agar Allah memberikan kekuatan dan rezki yang mencukupi untuk pembangunan kembali masjid-masjid dan rumah tinggal yang terdampak tersebut,” kata Taufan Hidjaz, penulis buku “Lombok, Negeri Beribu Masjid” kepada Panjimas via email.
Dikatakan Taufan, recovery masjid akan dapat dipercepat, ketika pihak luar bisa berempati dan memberi semacam percepatan dengan stimulan untuk membangun kembali mesjid tersebut. Saat ini sejumlah relawan dari berbagai lembaga sosial dan dakwah, termasuk komunitas, berupaya membantu mendirikan masjid-masjid darurat, baik dalam bentuk terpal maupun gedek. Tujuannya, agar umat Islam di Lombok tetap bersemangat untuk shalat berjamaah, sekalipun di masjid darurat.
“Dengan dasar pandangan budaya dan worldview orang Lombok yang menjadikan masjid sebagai pusat orientasi hunian dan kegiatan sehari-hari, maka Insya Allah mereka selalu mementingkan berdirinya masjid di tengah dusun mereka sebagai tempat mereka sehari-hari shalat dan berinteraksi,” tukas Taufan.
Dalam pengamatan Taufan, dalam kondisi normal, bisa dilihat masyarakat dusun Lombok sangat mementingkan masjid, yakni ketika membangunnya akan selalu menyisihkan 50% dari setiap keberhasilan panen mereka sehingga mesjid rata-rata jauh lebih megah dari lingkungan rumah mereka yang sederhana. “Semoga Allah memulihkan kembali kekuatan mereka untuk membangun,” harapnya.
Taufan Hidjaz lahir di Mataram (Lombok) tanggal 17 Desember tahun 1956, pendidikan S1 dan S2 dalam program studi Desain Interior di ITB. Ia berkiprah sebagai praktisi Desain Interior dengan mendirikan Interplan Consultant bersama 6 (enam) orang rekannya sejak tahun 1984 sampai dengan tahun 1994.
Tahun 1995 ia mendirikan Intertect Consultant. Sampai sekarang ia mengajar sebagai dosen tetap di Jurusan Desain Interior Itenas Bandung. Tahun 2006 sampai tahun 2009 menjadi Ketua Himpunan Desainer Interior Indonesia Jawa Barat, 2010 menjadi anggota Majelis HDII Jabar sampai sekarang. Karya-karyanya, selain banyak desain interior dan arsitektur yang tersebar di beberapa tempat, juga aktif berkarya seni lukis. (des)