JAKARTA, (Panjimas.com) – Dalam beberapa hari ke depan, tepatnya pada 20 September 2018, Komisi Pemilihan Umum (KPU) akan melakukan penetapan dan pengumuman pasangan Calon Presiden/Wakil Presiden (Capres/Cawapres) Pemilu 2019. Penetapan ini kemudian akan dilanjutkan dengan masa kampanye Pilpres yang berlangsung sekitar enam bulan yaitu dimulai pada 23 September 2018-13 April 2019.
Anggota DPD RI Fahira Idris mengungkapkan, panjangnya masa kampanye yang berlangsung hingga enam bulan harus dimanfaatkan maksimal oleh para capres/cawapres untuk menunjukkan bahwa mereka mempunyai solusi untuk menyelesaikan berbagai persoalan bangsa saat ini dan lima tahun ke depan terutama persoalan ekonomi.
“Saya berharap debat soal ekonomi mewarnai kampanye Pilpres nanti. Tidak ada yang bisa membantah bahwa saat ini ada masalah besar dan serius dalam fundamental ekonomi Indonesia sehingga kita begitu rapuh terhadap gejolak ekonomi dunia. Capres/Cawapres harus bisa menjelaskan kepada rakyat solusi mereka untuk ‘menyembuhkan’ ekonomi kita yang sedang ‘sakit’ ini,” tukas Fahira di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta Rabu, (12/9).
Menurut Fahira, jika nanti pada masa kampanye ada pasangan capres/cawapres atau tim kampanyenya yang mengusung tema sentral kampanye di luar ekonomi artinya mereka tidak paham apa prioritas yang harus segera diselesaikan oleh bangsa ini. Saat ini, fundamental ekonomi Indonesia sangat lemah karena bangsa ini defisit atau tekor dari segala sektor dan jurusan.
Saat ini, sambungnya, ada gelagat dari pihak-pihak tertentu yang terus menjadikan kebhinekaan sebagai ‘dagangan’ kampanye dengan menuding pihak-pihak yang berseberangan tidak menghargai kebhinekaan, kemudian dilabeli radikal, tidak nasionalis, bahkan distigma anti pancasila. Padahal kebhinekaan adalah fakta di negeri ini dan sudah diselesaikan oleh para pendiri bangsa ini lewat persatuan.
“Persatuan kita akan semakin kuat jika keadilan ekonomi tercipta di negeri. Caranya, pulihkan kembali ekonomi bangsa ini. Hentikan kebergantungan ekonomi kita terhadap barang impor terutama pangan dan energi yang sangat besar serta segera stabilkan harga-harga bahan pokok. Jadi tidak nyambung jual isu soal kebhinekaan sementara ekonomi terpuruk. Saya harap ini jadi perhatian pasangan capres/cawapres dan tim kampanyenya,” pungkas Senator atau Angota DPD RI DKI Jakarta ini yang kembali mencalonkan diri pada Pemilu 2019 ini.[RN]