BANTEN, (Panjimas.com) – Tiga Pemuda Banten yang merasa jenuh dengan janji-janji kampanye Jokowi-JK yang tidak ditepati hingga akhir periode jabatannya bergerak melakukan longmarch ke Istana Presiden Jakarta, untuk menjemput janji-janji itu.
Ketiga pemuda atas nama Rahmat Hidayat (32), Abdul Rosid (25) dan Rizki (27) bergerak dari Kota Serang sekitar pukul 15.00 WIB. Dengan hanya membawa karton bertuliskan ‘Tiga Pemuda Banten Jemput Janji Jokowi’ dan karton lainnya bertuliskan ‘Janji Jokowi Hoax dan Palsu’ ketiga pemuda Banten ini berjalan kaki menelusuri jalan Protokol Kota Serang.
Disela aksi longmarch itu, Rahmat Hidayat sebagai Korlap mengatakan, dirinya bersama dua kawan lainnya mewakili masyarakat Banten yang merasa masih banyaknya janji-janji Jokowi yang disampaikan saat kampanye pemilihan presiden (Pilpres) 2014 belum terealisasi. Bahkan, kata Rahmat, sebagian janji-janji manis itu sudah dilanggar dan akan sulit dipenuhi.
“Janji tetaplah janji. Rakyat Indonesia tidak ingin Jokowi hanya memberikan harapan palsu, seperti ketika dia berjanji untuk tidak maju dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) jika terpilih menjadi Gubernur DKI Jakarta,” kata Rahmat, Rabu (12/9/2018).
Janji-janji itu, kata dia, diantaranya janji Jokowi akan tekan nilai tukar rupiah dimata dolar. Namun, faktanya pada saat ini justru nilai tukar rupiah terpuruk terhadap Dollar Amerika.
“Masih ingatkah saat beberapa tahun lalu Presiden kita yang baru terpilih berkata bahwa setelah September tahun itu ekonomi akan meroket? Juga janji bahwa Rupiah akan menguat hingga mencapai Rp. 10 ribu jika terpililh Yang terjadi malah sebaliknya,” ucapnya.
Rahmat menyatakan, gerakannya bukan tentang kubu siapa dan berdiri di pihak mana.Tapi tentang realisasi janji yang tidak pernah benar-benar dikaji dan justru jauh dari kenyataan, Realitasnya, sekarang ini masyarakat Infdonesia disodorkan dengan nilai tukar rupiah yang jatuh sejatuh-jatuhnya, mencapai Rp 15.023, 65.
“Maka dari itu kami yang hanya tiga pemuda Banten ini, menilai Jokowi-JK gagal dalam menjalankan kepemimpinannya,” kata Rahmat.
Selain itu, dituturkan Rahmat, Jokowi sudah beranji tidak akan menaikkan harga BBM. Namun, janji itu kembali tidak ditepati. Faktanya, sejak Oktober 2014, Presiden Jokowi sudah enam kali melakukan perubahan harga Bahan Bakar Minyak (BBM).
“Pada November 2014, Jokowi menaikkan harga BBM, lalu diturunkan pada Januari 2015. Harga BBM kembali turun pada pertengahan Januari 2015. Awal Maret 2015, harga BBM kembali naik. Di penghujung Maret 2015, harga BBM dinaikkan lagi. Selanjutnya, pada pertengahan Desember 2016, harga BBM jenis Pertamax, Pertalite, dan Dexlite kembali dinaikkan,” tuturnya.
Masa aksi lainnya, Abdul Rosid menambahkan, dalam mensejahterakan rakyatnya, Jokowi berjanji akan menciptakan 10 juta lapangan kerja baru.10 juta lapangan kerja itu dijanjikan selesai dalam 5 tahun setelah Jokowi terpilih. Namun faktanya, Jokowi justru mempermudah tenaga kerja asing untuk bekerja di Indonesia melalui aturan bebas visa.
“Hal itu membuat tenaga kerja Indonesia semakin kesulitan mendapatkan lapangan pekerjaan karena harus bersaing dengan tenaga kerja asing,” pungkasnya. [ES]