PALU, (Panjimas.com) – Arifuddin M. Arif, S.Ag M.Ag salah satu akademisi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Palu, mengatakan pondok pesantren sebagai salah satu pilar penting dalam mengokohkan ajaran Islam rahmatan lil alamin dan tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Demikian dilansir antara.
“Eksistensi pondok pesantren dalam membangun sumber daya manusia tidak diragukan lagi. Begitu pula dalam bidang penyebaran dan pemahaman ajaran Islam melalui gerakan pendidikan dan dakwah,” kata Arifuddin ketika dihubungi, Ahad,(9/9).
Dosen Luar Biasa di Prodi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Agama Islam, Universitas Alkhairaat (Unisa) Palu itu mengatakan penyebaran dakwah Islam yang bermula dari pondok pesantren, tidak terlepas dari peran para ulama dan santrinya menampilkan karakteristik Islam yang inklusif (infitah), moderat (tawassuth), persamaan (musawah), dan seimbang (tawazun).
Pegiat literasi itu juga mengatakan, pesantren tidak bisa dinafikan perannya dalam perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia.
Selain itu, pendidikan pesantren mempelajari dan mendalami ilmu pengetahaun agama (tafaqquh fiddien) yang “kaffah” (menyeluruh) berbasis kajian kitab turats dan mu`tabar.
“Hal itu diinternalisasikan ke dalam nilai-nilai keutamaan dan cara hidup berinteraksi dengan berbagai ragam budaya, perbedaan mazhab dan pemikiran,” kata pakar pendidikan Islam IAIN Palu itu.
Hal itu penting, kata dia, karena menjadi modal kuat dan potensi dasar dalam menyiapkan da`i yang berwawasan moderat.
Dia menambahkan, globalisasi dan terjadinya revolusi teknologi komunikasi yang memberi dampak nwgatif terhadap ummat dewasa ini, seperti derasnya arus pemikiran liberal dan radikal serta berseliwerannya paham keagamaan yang menyimpang di dunia maya.
Kondisi ini mengharuskan pondok pesantren mengambil peran dan posisi penting dalam ruang dakwah cyber. Secara personal harus melirik ruang dakwah virtual dan secara kelembagaan harus membangun dakwah di media sosial yang dikelola secara profesional dengan tetap mengedepankan prinsip dakwah wasathiyah.
Dengan paradigma dakwah seperti ini, menurut Arifuddin, akan menjadi gerakan dakwah penyeimbang dan penyaring serta melawan pemahaman keagamaan menyimpang dan memperkokoh ketahanan nilai-nilai Islam wasathiyah.[RN]