AMSTERDAM, (Panjimas.com) — Pemimpin partai oposisi Belanda yang seringkali berkampanye anti-Islam Geert Wilders menegaskan kembali, bahwa untuk sekarang, dirinya tak memiliki rencana menyelenggarakan kembali kontes kartun Nabi Muhammad. Geert bersikap demikian setelah insiden penusukan di Amsterdam pekan lalu.
“Untuk saat ini saya tidak akan segera melakukannya lagi, pasti,” pungkas Wilders kepada Reuters pada konferensi Ambrosetti, saat dirinya diundang untuk berbicara tentang masa depan Uni Eropa.
Geerts Wilders, berbicara di sela-sela konferensi, menyatakan terkejut atas serangan itu. Pekan lalu, seorang pria menikam dan melukai dua turis Amerika di stasiun sentral Amsterdam, Belanda. Media Belanda setempat mengidentifikasi penyerang itu merupakan seorang warga Afghanistan berusia 19 tahun.
Serangan itu terjadi setelah Wilders membatalkan rencana kontes kartun Nabi Muhammad. Kontes dibatalkannya setelah mendapatkan kecaman di Pakistan. Di antaranya Menteri Luar Negeri baru Pakistan yang mengatakan, penggambaran kartun Nabi dapat memicu kebencian dan intoleransi.
“Di satu sisi Anda mengatakan bahwa Anda tidak boleh menyerah pada orang-orang yang mengancam untuk menggunakan kekerasan terhadap kebebasan berbicara,” ujar Wilders.
Ia juga menambahkan, ia telah menghabiskan 15 tahun tinggal di rumah-rumah aman dan dikawal oleh detail keamanan karena ancaman kematian terus-menerus.
“Jika itu hanya tentang saya, saya akan melanjutkan dan melakukannya lagi, tetapi itu bukan hanya tentang saya, itu tentang orang yang tidak bersalah,” imbuhnya.
Sebelumnya, Geert Wilders akan mengadakan kontes kartun Nabi Muhammad pada November mendatang. Kontes ini telah ia kampanyekan sejak Juni lalu.
Politisi sayap kanan anti-Islam itu mengatakan bahwa dirinya tidak ingin orang lain terancam akibat kontes yang dia rencanakan bulan November, Kamis (30/08).
“Untuk menghindari risiko korban kekerasan, saya memutuskan untuk tidak melanjutkan kontes kartun,” ujarnya dalam keterangan tertulisnya.
Bahkan Geert Wilders mengklaim dirinya telah menerima ancaman pembunuhan.
Kontes kartun yang dijadwalkan pad November itu segera memicu protes keras di Pakistan,bahkan ancaman pembunuhan dilayangkan pekan ini dari seorang pria berusia 26 tahun, dikabarkan Ia merupakan seorang warga Pakistan, yang ditangkap pada hari Selasa di Den Haag.
Sebelumnya Kamis (30/08), seorang Hakim Belanda memperpanjang dua pekan penahanan pria yang diduga mengancam akan menyerang Geerts Wilders tersebut.
Jaksa mengatakan dalam pernyataan bahwa hakim investigasi memerintahkan tersangka yang ditahan saat diselidiki atas tuduhan membuat ancaman pembunuhan, dinilai telah membuat persiapan untuk melakukan pembunuhan dan hasutan.
Stijn van Kessel, seorang ilmuwan politik di Queen Mary University of London, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa kompetisi itu adalah taktik Wilders untuk mendapatkan perhatian media dalam menghadapi berkurangnya dukungan publik terhadapnya.
“Dia tidak benar-benar tertarik pada kontes kartun, tetapi ini adalah cara baginya untuk menghasilkan perhatian media, dia berharap perhatian itu akhirnya akan berbuah menjadi suara bagi dirinya,” tutur Kessel.
Penggambaran fisik Nabi Muhammad SAW dilarang dalam Islam dan sangat menyinggung umat muslim.
Di Pakistan, ribuan orang marah atas rencana Geerts Wilders berbaris menuju ibukota, Islamabad, pada hari Kamis (30/08).
Sekitar 10.000 pendukung Partai Tehreek-i-Labaik Pakistan memulai aksi pawai massa pada hari Rabu, menyerukan kepada pemerintah untuk memutuskan hubungan diplomatik dengan Belanda.
Pemerintah Pakistan telah bersumpah untuk memprotes kontes kartun Wilders di PBB.
Pemerintah Belanda telah menjauhkan diri dari aksi Wilders ini, dimana Perdana Menteri Mark Rutte mengklarifikasi bahwa Geerts Wilders merupakan pemimpin Partai Kebebasan oposisi, dan bukanlah anggota pemerintahan.
Wilders mengumumkan kontes pada bulan Juni lalu dan mengaku telah menerima 200 pendaftar sejauh ini. Pemenang akan menerima hadiah uang tunai.
Manifesto Politik Wilders
Pada Akhir 2016, Geert Wilder memicu perdebatan dan jajak pendapat di Belanda. Hal itu terjadi setelah Wilders menerbitkan satu halaman manifesto yang menyerukan larangan terhadap semua pencari suaka dan imigran dari negara-negara Islam, serta bagi negara yang keluar dari Uni Eropa.
Penerbitan manifesto politik miliknya telah memicu perdebatan nasional dan memecah belah masyarakat di Belanda, dan hal ini juga membuat dirinya menjadi politisi yang paling populer di negara itu.
Selain itu, Geert Wilders juga menyerukan pelarangan Al-Quran dan penutupan semua Masjid dan Sekolah-Sekolah Islam di Belanda.
Manifesto politik Wilders merupakan manifesto yang pertama diterbitkan oleh Partai politik besar menjelang pemilu untuk Majelis Rendah Parlemen Belanda yang akan diselenggarakan pada 15 Maret tahun depan.
Sikap politik garis kerasnya terutama tentang Islam dan Uni Eropa kemungkinan akan membuat sulit baginya untuk membentuk koalisi mayoritas jika Ia berhasil memenangkan pemilu.[IZ]