JAKARTA (Panjimas.com) — Berbagai elemen Betawi bersatu, mulai dari pegiat budaya, pegiat diskusi, sejarawan dan lainnya menggelar rapat persiapan untuk memperingati peristiwa IKADA dan dukungan Moeffreni Mumin sebagai pahlawan nasional.
Rapat yang berlangsung di Masjid Al Makmur Tanah Abang, memutuskan pada 16 September 2018 di seputaran Monas,akan ada aksi reka ulang peristiwa IKADA dengan lautan bendera merah putih. Rekonstruksi sejarah Rapat Raksasa IKADA 19 September 1945 itu dinamaka “Samudra Merah Putih”. Rencananya, kegiatan tersebut akan diadakan di Lapangan Monas, Jakarta, Ahad (16 September 2018) mendatang, mulai pukul 15.00-17.00 WIB.
Hadir pada rapat semalam (4/9), Babe Abu Sadeli (Majelis Betawi) Ali Anwar (Sejarawan asal Bekasi), Babe Cacang (Ketua Jawara Betawi 411), Bachtiar Pitung (Ketua Jawara Betawi Pitung), Bang Fajar (ASTRABI), Roni Adi (Ketua Si Kumbang Tenabang), Bang Ridwan (pengusul Moeffreni Mumin sebagai pahlawan nasional), dan lainnya.
Sejarah mencatat, saat Peristiwa IKADA, berbondong-bondong orang datang dari Jakarta dan seputarannya, siap pertaruhkan nyawa, sementara bayonet tentara Jepang siap membunuh.
Asah golok, bambu runcing telah disiapkan oleh orang Betawi dan elemen masyarakat lain untuk hadir dalam peristiwa ini. Mereka siap mati dan melawan tentara Jepang yang membawa tank dan senjata lengkap.
Apa yang menjadi latar belakang peristiwa IKADA? Pemuda Indonesia kecewa melihat Jepang yang sudah kalah perang masih berkuasa atas nama Sekutu. Pada tanggal 12 September 1954 tersiar kabar dari Singapura, Inggris diberi kuasa oleh Sekutu untuk ambil alih pemerintahan Jepang di Indonesia. Ada perwira-perwira Inggris yanng datang ke Indonesia menjalin kerjasama dengan cendekiawan Indonesia, salah satunya Ch. O Van der Plas yang pernah jadi gubernur Jawa Timur. Pemuda marah, tercetuslah membuat rapat besar IKADA.
Sementara itu, JJ Rizal menerangkan, peristiwa IKADA digerakkan oleh Tan Malaka yang ingin Indonesia merdeka 100 persen. “Ia menggalang pemuda buat menggelar rapat IKADA,” ungkap JJ Rizal.
Kronologi peristiwa 19 September 1945, dimulai pagi hari, rakyat sudah membajiri lapangan Ikatan Atletik Djakarta (IKADA), sekarang adalah lapangan Monas. Orang yang datang bukan hanya dari Jakarta, tapi juga dari Bogor, Bekasi, Cikampek, Sukabumi dan Bandung. Sampai matahari tinggi Bung Karno belum juga datang.
Perkiraan orang yang datang sekitar 250.000 orang – 300.000 orang. Badan perjuangan yang datang, diantaranya, BKR Jakarta, Mahasiwa Prapatan 10, Pemuda Menteng 31, Barisan Pelopor, Barisan Banteng, Barisan Hisbullah, Laskar Jakarta Imam Syafii dan Daan Anwar, Laskar Klender H. Darip.Pukul 17.00 Sukarno dan rombongan dari Prapatan 10 menuju IKADA.
Soekarno dalam pidato singkatnya mengatakan,” Percayalah rakyat kepada Pemerintah Republik Indonesia. Kalau saudara-saudara memang percaya kepada Pemerintah Republik yang akan mempertahankan Proklamasi kemerdekaan itu, walaupun dada kami dirobek-robek, kami tetap akan mempertahankan Negara Republik Indonesia. Maka berilah kepercayaan itu kepada kami dengan cara tunduk kepada perintah-perintah dan tunduk kepada disiplin.” Lalu, rakyat tertib membubarkan diri. (RS/des)