SUKOHARJO, (Panjimas.com) – Pesatnya teknologi membuat tantangan sendiri bagi perkembangan anak. Jika dikelola dengan baik maka akan menjadikan anak menjadi lebih positif namun sebaliknya jika diberikan dengan cara tidak benar maka perkembangan jaman akan menjadi penyebab munculnya malapetaka.
Peran orang tua dalam membentengi anak sangat diperlukan di jaman mileneal ini. Tetapi persoalannya banyak orang tua yang belum paham tentang peradaban milineal ini ,dampaknya saat berkomunikasi dengan anak tidak nyambung. Karena orang tua menggunakan pengalaman di zamannya.
Tema inilah yang diambil dalam diskusi parenting yang mengundang Ustadz Fauzil Fadhim di Pemeran Buku Murah Goro Assalam. Sabtu, (1/9).
“Ada yang mengatakan perubahan sikap pada anak sekarang karena faktor zaman. Bukan faktor zaman yang berubah tapi orang tua menjadi salah satu penyebab anak memiliki perilaku yang buruk. Karena orang tua menerapkan pola pendidikan yang tidak tepat.” Ujarnya.
Istilah-istilah pendidikan baru pada zaman sekarang tidak bisa merubah yang buruk menjadi baik. Sebagai contoh ketika anak berbuat semaunya,tidak mau diam, tidak bisa diatur dan lain sebagainya. Seolah-olah dijadikan pembenaran atau alasan untuk dibiarkan karena anak tersebut memliki tipe kinestatik.
“Padahal di kampung saya istilah itu namanya bedigalan (petakilan). Efeknya anak tersebut tidak bisa diam atau tenang pada saat yang seharusnya anak tersebut diam dan tenang.” Tambah penulis buku best seller tersebut.
Untuk itulah mendidik anak dengan cara benar sangat diperlukan dan Islam sudah mengajarkan tentang hal itu.
Anak mencapai usia tamyiz biasanya umur 6 – 7 tahun. Disitu anak mulai mampu membedakan baik,buruk,benar dan salah dengan akalnya. Upayakan anak mencapai tamyiz tepat pada waktunya. Selanjutnya saat usia 7 tahun anak mulai diperintahkan Sholat.
Pertanyaannya di zaman serba modern ini bagaimana orang tua bisa dijadikan idola bagi anaknya? Ustadz Fauzil Adhim memberikan solusinya.
Pertama, orang tua harus memiliki sifat dapat dipercaya, berbicara dengan perkataan yang benar. Tidak semua keinginan anak dituruti, anak mampu diberikan alasan yang logis tanpa harus berbohong.
Selajutnya adalah sikap hormat, dengan memiliki sikap hormat pada orang tua anak lebih mudah dikontrol dalam pertumbuhannya. Hal ini lebih penting dari pada taat, karena ketaatan yang muncul semula akan menyebabkan anak patuh sementara, namun selang beberapa saat anak akan kembali mengulangi perbuatannya. [RN]