JAKARTA (Panjimas.com) – Sejumlah korban kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) melapor kepada Majelis Ulama Indonesia terkait kejadian yang menimpa anaknya setelah diimunisasi.
Dalam audiensinya bersama komunitas halal, Celia Wati, perwakilan korban KIPI mengatakan, bahwa dirinya bersama korban KIPI lainnya bukanlah orang yang kontra dengan vaksin.
“Malahan dulu kita orang yang pro dengan vaksin,” kata Celia di kantor MUI, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (28/8) siang.
Celia menyebut anaknya yang berusia 4 bulan harus meregang nyawa setelah beberapa jam disuntik vaksin.
“Jaraknya 34 jam setelah disuntik vaksin,” tutur Celia sambil mengeluarkan air mata.
“Disuntik malam, anak saya paginya langsung lemas. Namun, semakin lama nafas anak saya seperti habis lari. Sebelumnya, anak saya tidak dicap sakit atau apa, sehat. Ketika kembali masuk malam hari tiba-tiba matanya juling, matanya kejang,” tambah Celia ketika mencerikan kronologi meninggal anaknya kepada MUI.
Sebelumnya, keluhan terkait vaksinasi juga datang dari para orang tua di Komunitas Thinker Parents yang anaknya menjadi korban KIPI.
Komunitas Thinker Parents adalah sekumpulan orang tua yang pernah memberikan izin supaya anaknya divaksin.
Dalam audiensinya dengan Majelis Ulama Indonesia, Ike dari Komunitas Thinker Parents menyebut korban KIPI sudah mencapai ratusan.
“Saya mendapatkan angka yang fantastis, katanya vaksin untuk sehat, kok nyatanya begini? Ada yang lumpuh, meninggal, kemunduran perkembangan, dan sisanya opname,” terang Ike ketika audiensi di kantor MUI.
Usai mendengarkan keluhan komunitas halal dan masyarakat, khususnya korban KIPI, MUI pun berjanji akan membaca ulang Fatwa MUI terkait vaksin.
“Kami sudah menerima semua masukan ini, dan yang jelas nanti MUI akan membaca ulang fatwa dan akan saya usulkan ke pimpinan soal itu,” kata KH. tengku Zulkarnain kepada komunitas halal dan korban KIPI, di kantor MUI, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (28/8) siang. [DP]