JAKARTA (Panjimas.com) – Kepala Pusat Penelitian LIPI, Syamsuddin Haris menuturkan, tingginya angka responden yang memilih belum menjawab menunjukkan rendahnya tingkat kepercayaan masyarakat ke partai. Salah satu alasannya karena masalah korupsi yang kerap menerpa kader partai.
“Itu penjelasannya bisa memang masih bimbang tentukan pilihan atau bisa juga rendahnya kepercayaan pada parpol,” sambungnya.
Di sisi lain, lanjut Syamsuddin, sedikitnya partai di DPR akan membawa efek lebih baik jika dibanding terlalu banyak partai karena proses politik akan lebih lancar dan efektif, sehingga perbedaan suara bisa ditekan.
“Yang jelas parpol lebih sedikit di parlemen akan lebih efektif ketimbang parpol lebih banyak. Poinnya pada efektivitas jadi kalau bisa pemilu yang akan datang itu tinggal 5 atau 6 parpol, itu akan bagus sekali dampaknya bagi demokrasi kita,” pungkasnya.
Survei LIPI sendiri dilakukan pada 26 April 2018 hingga 9 Mei 2018 menggunakan sistem multi-stage random sampling. Survei dilakukan di seluruh provinsi di Indonesia dengan melibatkan 2.100 orang responden, dengan margin of error 2,14 persen.
Seperti diketahui, pendaftaran calon legislatif (caleg) telah ditutup. Agenda berikutnya pertarungan memperebutkan 575 kursi DPR RI. Namun syarat Parliamentary Threshold (PT/Ambang Batas Parlemen) sebanyak 4 persen, tentu menjadi batu sandungan bagi partai politik masuk ke Senayan.
Hasil survei Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mendapati fakta bahwa hanya 6 partai yang diperkirakan bisa masuk parlemen. Partai tersebut diprediksi mendapat elektabilitas di atas 4 persen.
Posisi tiga besar ditempati Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dengan elektabilitas 24,1 persen, disusul Golkar 10,2 persen, dan Gerindra 9,1 persen.
“Elektablitas PDI Perjuangan paling tinggi. Dengan memasukkan hitungan margin of error, ada dua partai yang berpeluang mempunyai dukungan suara di atas 10 persen saat survei dilakukan, yaitu Partai Golkar dan Partai Gerindra,” ujar peneliti LIPI Wawan Ichwanudin saat memaparkan survei di Hotel Atlet Century Senayan, Jakarta Selatan, Kamis (19/7).
Tiga partai lain diperkirakan masuk parlemen yaitu Demokrat dengan suara 4,4 persen, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) 6 persen, dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) 4,9 persen.
Sementara itu, 4 partai yang saat ini duduk di DPR RI terancam tidak memiliki wakil di periode mendatang. Pasalnya, elektabilitasnya tidak mencapai 4 persen. “Ada Partai Keadilan Sejahtera (PKS) 3,7 persen, Partai Amanat Nasional (PAN) 2,3 persen, Partai Hanura 1,2 persen, dan NasDem 2,1 persen,” jelas Wawan.
Sedangkan untuk 4 partai baru diperkirakan harus menahan nafsunya menaruh wakilnya di parlemen. Sebab tidak ada satu pun yang berhasil melebihi 4 persen.
Partai Perindro misalnya, hanya meraih elektabilitas 2,6 persen, tertinggi dibanding 3 partai baru lainnya. “Partai Garuda, Partai Berkarya, dan Partai Solidaritas Indonesia (PSI) yang seluruhnya kompak meraih 0,2 persen dukungan,” beber Wawan.
Meski demikian, lanjut Wawan, partai yang memiliki elektabilitas di bawah parliamentary threshold masih memiliki harapan. Sebab responden yang memilih belum menjawab angkanya sangat tinggi yakni 26,1 persen. (ass)