JAKARTA (Panjimas.com) — Sejumlah ibu-ibu yang tergabung dalam Barisan Emak-Emak Militan (BE2M) Indonesia berunjuk rasa di depan Istana Rabu (18/7). Mereka menuntut Presiden Joko Widodo menurunkan harga sembilan bahan pokok (sembako).
Massa emak-emak mulai berkumpul di seberang Istana Negara, tepatnya di Taman Pandang, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, mulai pukul 09.00 WIB. Emak-emak itu sebagian besar dikatakannya berasal dari Jakarta dan memang pekerjaannya sebagai ibu rumah tangga.
Dalam aksi tersebut, sejumlah emak-emak peserta aksi tampak membawa sejumlah peralatan rumah tangga, mulai dari wajan, panci, sendok, garpu, dan sebagainya. Aksi emak-emak itu merupakan aksi spontan. Tidak ada yang menunggangi.
Koordinator lapangan aksi Fifi Nurwanto mengatakan naiknya harga sembako telah membuat masyarakat kesulitan, khususnya emak-emak.”Permintaan kita sembako, urusan dapur tolong diturunkan, bagaiamanapun diturunkan,” kata Fifi di lokasi.
“Aksinya dari kita emak-emak karena emak-emak merasa sekarang ini keadaan ekonomi sangat-sangat menderita, semua pada
naik apa karena BBM pada naik atau semuanya pada naik kita nggak ngerti,” kata Fifi.
Fifi menuturkan sudah banyak sekali harga bahan pokok yang naik. Terbaru, kata Fifi adalah kenaikan harga telur. “Telur naik apa masalahnya, nah ini dari Rp21.000 sekarang Rp35.000 dan bahkan emak-emak saking mahalnya beli telur yang pecah, kalau pecah kan kumannya banyak, banyak penyakit,” tuturnya.
Harga Sembako Naik, Barisan Emak-Emak Militan Demo JokowiBarisan Emak- Harga telur di pasar tradisional Jakarta mencapai Rp30 ribu per kilogram. Di Pasar Bendungan Hilir (Benhil) Jakarta Pusat, sejumlah pedagang mengatakan harga beli dari distributor sudah mencapai Rp27 ribu per kg.
Fifi menyebut jika harga bahan pokok tak kunjung turun, maka akan ada aksi lanjutan yang dilakukan oleh para emak-emak. Kata Fifi, pemerintahan Jokowi adalah pemerintahan gagal terutama di bidang ekonomi.”Bisa dibilang gagal total,” ucap Fifi.
Fifi pun menyampaikan, secara pribadi dirinya setuju jika presiden Jokowi diganti. Tetapi menurutnya, lebih baik jika Jokowi memutuskan untuk mengundurkan diri saja daripada harus diturunkan oleh rakyat.”Lebih baik mundur itu lebih bijaksana, daripada dimundurkan oleh rakyat,” kata Fifi.
Sekitar 10 perwakilan massa diterima pihak Istana Negara.”Kita 10 orang akan masuk ke Istana diterima oleh Istana. Mohon Ibu-ibu menunggu di sini, nanti akan diumumkan hasilnya apa. Kita akan ke dalam ya,” kata koordinator massa Fifi di atas mobil komando, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat.
Curhat Gaji Suami
Salah satu demonstran Ani dari kawasan Condet mengaku menuntut penurunan harga pangan karena sudah tidak bisa lagi menahan gejolak harga kebutuhan hidup di Jakarta. Ia menceritakan kesulitannya untuk menahan kebutuhan pokok yang terus naik sementara gaji suami tidak naik.
“Sementara harga pada naik hampir setiap bulan, tapi gaji naiknya cuma tiap tahun dan sedikit,” kata dia kepada detikFinance, di sela sela aksi demo, di depan Gedung Istana Merdeka, Rabu (18/8/2018).
“Ya coba bayangkan saja kalau gaji UMR untuk sendiri saja gimana? Apa bisa penuhi kebutuhan hidup? Apalagi kami yang punya buntut. Belum harga beras naik, telur naik, daging ayam naik, minyak naik sampai tempe tahu ukuranya kecil, kita mau makan apa lagi,” sambungnya.
Ia menjelaskan ia memiliki tiga anak dan satu-satunga sumber pendapatan yaitu dari suami. Segala kebutuhan hidup seperti makan, pendidikan sampai biaya sewa rumah begitu menekan ibu-ibu rumah tangga yang mengatur skema keuangan konsumsi satu keluarga.
“Ya gini misalnya gaji UMR, kemudian beban hidupnya ada tiga anak yang sekolah mana cukup. Ditambah berbagai harga saat ini terus menjadi mahal sementara gaji stagnan,” kata dia.
Ia menjelaskan, Ana sering kali berdebat dengan suami mengenai ketidak cukupan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan. Untuk menambal kebutuhan sana- sini akhirnya Ana harus bekerja serabutan.”Akhirnya ya saya bantu cari uang meski nggak seberapa, cukup lah buat tambah tambah beli bawang merah, meski bawnag merah juga mahal,” kata dia.
Dalam orasi, emak emak ini menyinggung soal kondisi keluarga yang kerap kali berdebat dengan suami mengenai masalah kebutuhan rumah tangga yang kurang akibat kanaikan harga kebutuhan hidup. “Terutama mengenai harga telur yang saat tinggi. Dengarkan kami jangan seenaknya memberikan kebijakan,” kata dia.(ass)