JAKARTA (Panjimas.com) — Dunia travel kembali tercoreng, kali ini viral di media sosial lantaran seseorang berinisial EA yang mengaku sebagai Tour Leader meninggalkan lima turis asal Indonesia di Maroko saat akan menyebrang ke Spanyol.
Dalam siaran pers yang diterima Panjimas, Selasa, 17 Juli 2018, informasi ini bermula dari postingan Facebook Kusnadi El Gezwa, mahasiswa sekaligus tour leader dan pemandu wisata di Maroko. “Hari ini ada lima orang yang tengah kebingungan lantaran ditinggal pergi sama tour leader-nya. Menurut info yang kami dapatkan dari korban, semua perjalanan mulai dari itinerary, hotel dan transportasi di-handle oleh tour leader-nya,” tulis Kusnadi di akun Facebooknya.
Menyikapi ulah Tour Leader yang tidak profesional sehingga merugikan peserta tour dan nama baik travel di Indonesia, H. Priyadi Abadi, M.Par Chairman Indonesian Islamic Travel Communication Forum (IITCF) menghimbau agar calon peserta tour untuk lebih berhati-hati dan memilih travel yang berijin dan bukan asal murah saja yang saat ini menjamur dengan nama open trip.
Bukan saja berijin, tambah Priyadi, tapi juga memiliki track record yang baik dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai perusahaan pelayanan jasa pariwisata.
“Kasus yang menimpa wisatawan Indonesia di Maroko yang ditinggal ‘Tour Leader’nya menjadi pekerjaan rumah IITCF untuk tak menyerah mengedukasi masyarakat dalam smart berwisata,” jelasnya langsung dari Seoul, Korea Selatan (17/7).
Priyadi mengatakan, program open trip memang murah tapi dibanding paket wisata dari biro perjalanan wisata, tapi memiliki resikonya sangat besar. ”Karena bila terjadi sesuatu permasalahan diperjalanan seperti ini maka peserta tour akan sulit melacaknya dikarenakan penyelenggara open trip tidak mempunyai izin Biro Perjalanan Wisata (BPW) dan juga pastinya tidak tergabung dalam salah satu asosiasi travel yang ada,” ujarnya.
Priyadi yang sudah berpengalaman lebih dari 25 tahun di dunia pariwisata mancanegara ini menjelaskan bahwa untuk menjadi Tour Leader pun harus mempunyai keahlian kecakapan dalam menjalankan tugasnya, ada SOP serta sertifikasinya, tidak bisa ketika seseorang karena pernah keluar negeri lalu mengaku sebagai Tour Leader.
“Menjadi Tour Leader ada sekolahnya sebagaimana seorang dokter, meskipun banyak juga yang belajar dari tempat dimana dia pernah bekerja pada sebuah travel, karena profesi Tour Leader adalah profesi kelas dunia,” paparnya.
Founder & CEO Muslim Holiday Konsorsium ini menghimbau kasus Maroko ini hendaknya semakin menyadarkan masyarakat untuk lebih berhati-hati dengan iming-iming harga murah paket tour, baik itu perjalanan umrah maupun wisata mancanegara lainnya.
“Masyarakat yang ingin melaksanakan perjalanan wisata agar memilih travel agent resmi yang berizin serta bekerja sama dengan Tour Leader yang berpengalaman dan profesional,” papar Direktur Utama Adinda Azzahra Travel & Travel ini. [ass/*]