JAKARTA (Panjimas.com) – Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH. Ma’ruf Amin menegaskan, tidak ada masjid yang radikal, seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Lembaga Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M) bekerja sama dengan Rumah Kebangsaan (RK) beberapa waktu lalu.
“Masjid itu tidak ada yang radikal, yang radikal itu khotibnya. Masjid itu radikal apa, harus diteliti lagi. Saya nggak paham, kalau masjid dikatakan radikal. Orang yang ingin mengubah apa yang sudah disepakati bersama dengan cara-cara kekarsan, itu yang namanya radikal. Jadi bukan masjidnya yang radikal, tapi da’i atau khotibnya bisa jadi,” kata Kiai Ma’ruf.
Seperti diberitakan sebelumnya, sebuah penelitian yang dilakukan oleh Lembaga Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M) yang bekerja sama dengan Rumah Kebangsaan (RK) dengan waktu penelitian 29 September – 21 Oktober 2017 dengan hasil menemukan 41 dari 100 masjid dilingkungan pemerintahan yang berada di Jakarta terindikasi radikal dalam materi khutbahnya.
Lebih jauh Kiai Ma’ruf menjelaskan, contoh ucapan khotib atau da’I yang disebut radikal adalah yang memprovokasi dan mempersoalkan lagi Pancasila yang merupakan kesepakata seluruh bangsa Indonesia. Jika ucapannya radikal, maka akan mengarah tindakan.
Ketika ditanya, kenapa hanya masjid yang menjadi sorotan? Kenapa tidak dengan rumah ibadah lain? Dikatakan Kiai Ma’ruf, semua tokoh agama di rumah ibadah manapun harus dicegah kalau ucapannya mengarah pada provokasi dan ingin mengubah apa yang telah disepakati bersama.
“Kedamaian adalah tema kita untuk membangun kembali persaudaraan seagama, sebangsa dan setanah air. Masalah politik, mulai dari Pilkada, Pileg, hingga Pilpres, hendaknya tidak mendorong kita dalam sebuah permusuhan,” kata kiai.
Apakah di masjid boleh ngomong politik? “Terpenting, jangan mempolitisasi masjid. Jadi pengisi khutbahnya yang harus dikendalikan, bukan masjidnya. Saya berharap jelang Pilpres nanti, aman-aman saja. Siapapun yang jadi capres dan cawapresnya, Indonesia harus damai.”
MUI, lanjut Kiai Ma’ruf, adalah membangun gerakan dakwah dan perbaikan akhlak bangsa. “Akhlak bangsa atau character building ini harus ditata ulang. Begitu juga perlu memperhatikan kesejahteran umat, mengentaskan kemiskinanan melalui pemberdayaan ekonomi umat.”
Saat ditanya, namai Kiai Ma’ruf disebut-sebut masuk dalam bursa Cawapres dari Presiden Jokowi? Kiai Ma’ruf sambil guyon dan tersenyum mengatakan,”Lha, saya saja belum diberitahu, baru katanya. Saya belum tahu, ditanya aja belum, kok malah bilang siap.” (ass)