JAKARTA (Panjimas.com) – Wakil Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI) Syafruddin geram dengan pihak-pihak yang menuduh masjid sebagai tempat penyebaran paham radikal.
Jenderal bintang tiga itu menilai tidak ada masjid yang digunakan sebagai tempat berkembangnya paham radikalisme. Ia juga heran dengan penelitian yang menyimpulkan adanya radikalisme di masjid.
Menurut Syafruddin penelitian tersebut dilakukan dengan indikator dan standar yang tidak tepat.
“Paling tidak saya ingin mengatakan bahwa saya sangat membantah kalau ada yang mengatakan mesjid itu tempat radikal. Masjid itu benda tempat suci,” kata dia di Rupatama Mabes Polri, Jakarta, Selasa (10/7).
Ia juga meminta penelitian tersebut dikaji ulang, sebab dari pandangan Safruddin masjid merupakan tempat ibadah dan bukan tempat paham radikalisme.
Wakil Kapolri ini juga mengingatkan jangan sampai, prilaku yang menilai masjid disalahgunakan bisa berakibat buruk.
“Makanya hati hati jangan sampai dilaknat oleh Allah menuduh nuduh masjid radikal. Tidak mungkin. Saya membantah,” ujar Syafruddin.
Sebelumnya, Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M) melakukan survei terhadap 100 masjid pemerintahan di Jakarta. 100 masjid tersebut terdiri dari 35 masjid di Kementerian, 28 masjid di Lembaga Negara dan 37 masjid di Badan Usaha Milik Negara (BUMN). [AW/rmol]