JAKARTA (Panjimas.com) — Jakarta sebagai Ibu Kota Negara memiliki keragaman agama, etnis, sosial, budaya dan lain-lain, maka setiap orang yang bekerja di bidang dakwah Islam harus mengambil metode dan strategi yang dapat membina dan mempertahankan kohesi sosial. Kedudukan kota Jakarta harus diperjuat sebagai pusat Peradaban berbasis Dakwah dan Pendidikan Islam di kancah nasional maupun internasional.
Demikian salah satu dari rekomendasi Pertemuan Ilmiah Internasional ke-5 (Al-Multaqa al-Duwaly al-‘Ilmy al-Khamis) yang digelar di Hotel Grand Cempaka, Cempaka Putih, Jakarta Pusat, sejak Selasa hingga Jumat (3-6/07/2018) lalu.
Menanggapi Jakarta sebagai Pusat Peradaban berbasis Dakwah dan Pendidikan Islam di kancah nasional maupun internasional, Pimpinan Al Quran Learning Center (AQL Center), Ustaz Bachtiar Nasir menjelaskan, sebetulnya rekomendasi itu merupakan masukan dari Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan itu sendiri. Selaras dengan program Pemprov DKI Jakarta yang ingin membangun peradaban dari manusianya.
“Berbeda dengan pemimpin DKI sebelumnya yang membangun peradaban dari materi lebih dulu. Disinilah peran kelimuan dan keulamaan menjadi strategis, dimana Jakarta sebagai kota memberi ruang sekaligus gerbang bagi para ulama untuk mengembangkan peradaban melalui keilmuan dan gerakan memanusian orang Jakarta,” ungkap UBN.
Salah satu wujud nyata dari peradaban itu adalah terbangunnya Markaz Qur’an dan Ulumul Qur’an, dimana Pemda menyatakan siap memfasilitasi. “Gerakan kembali pada Al Qur’an sejalan dengan pengembangan Kota Jakarta untuk kita galakkan. Adanya Pusat Kajian Hadits dan Sirah Nabawiyah menjadi cikal bakal lahirnya peradaban.”
Ketika ditanya dimana lokasi markaz Pusat Kajian Hadits dan Sirah Nabawiyah itu akan dibangun? UBN belum mengetahuinya lebih jauh. Soal biaya pembangunannay juga tidak sepenuhnya dibiayai oleh Pemda DKI. Karena kita juga akan mencari investor lain. (ass)