JAKARTA (Panjimas.com) – Dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Persaudaraan Muslimin Indonesia (Parmusi) selama dua hari (6-8 Juli 2018) di Hotel Mercure, Jakarta, telah menghasilkan tiga rekomendasi terkait Jambore Nasional Da’i dan Kepimpinan Nasional.
Dalam jumpa pers, Ketua Umum Parmusi, Usamah Hisyam yang didamping oleh beberapa pengurus Parmusi lainnya, menjelaskan, Pengurus Wilayah (PW) dan Pengurus Daerah (PD) Parmusi bertekad dan berkomitmen untuk mendukung dan mensukseskan pelaksanaan Jambore Nasional Da’i Parmusi yang akan digelar selama empat hari (24-27 September 2018) di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.
“Untuk mewujudkan komitmen tersebut, PW dan PD Parmusi siap melaksanakan rekrutmen Da’i tingkat kabupaten/kota dan provinsi melalui pelaksanaan Orientasi, Pelatihan atau Training of Trainer (TOT) Da’i,” kata Usamah.
Jambore Nasional Da’i akan diikuti oleh 5000 da’i Parmusi yang datang dari berbagai wilayah dan daerah. Seperti dikatakan Usamah Hisyam, Parmusi tetap fokus melaksanakan transformasi paradigma baru dengan menata, menyapa, dan membela umat, serta mewujudkan Manhaj Dakwah Desa Madani yang fokus pada empat pilar, yakni meningkatkan iman dan takwa (imtaq), membangun kemandirian ekonomi, pemberdayaan sosial, dan pendidikan warga.
Dikatakan Usamah, Parmusi ingin menjadikan dakwah sebagai gerakan. Mengingat, masih banyak umat Islam yang belum bisa mengaji, menjadi Islam yang kaffah. Seperti diketahui, umat Islam banyak yang Islamnya KTP, abangan, dan berpaham sekuler. Karena itu, untuk menjadi seorang yang muslim yang kaffah harus dibekali ilmu tauhid dan tasawuf.
“Bagaimana bisa mendapatkan tokoh pemimpin nasional, jika iman dan takwanya tak seperti yang diharapkan. Parmusi bertekad agar di setiap kecamatan minimal harus punya 5 da’i dan di setiap kabupaten ada 10 da’i. Sehingga harapan 5000 dai ada di kabupaten kota dan provinsi dapat direalisasikan.”
Usamah menegaskan, Parmusi adalah organisasi dakwah, bukan underbouw politik tertentu. “Parmusi orientasinya adalah dakwah, pendidikan, sosial, ekonomi keumatan. Tahun 2018 dan 2019 bagi Parmusi bukanlah tahun politik, melainkan Tahun Dakwah. Dakwah tak boleh berhenti. (ass)