JAKARTA, (Panjimas.com) – Berapa waktu terakhir ini masyarakat Indonesia dikejutkan dengan adanya rentetan peristiwa musibah kecelakaan kapal di laut. Salah satu yang masih menghiasi pemberitaan di beberapa media dan masih dibicarakan hangat di masyarakat adalah soal tenggelamnya kapal di Perairan Danau Toba berapa waktu lalu.
Ditemui saat konferensi pers di Ratna Sarumpaet Crisis Center, Jalan Kampung Melayu Kecil 5, Bukit Duri, Jakarta Selatan, pada hari Rabu (4/7) aktifis kemanusiaan Ratna Sarumpaet mengungkapkan kegundahan dan kegalauanya seusai pulang dari mengunjungi para keluarga korban tenggelamnya Kapal Motor di Danau Toba, Sumatra Selatan.
Dari beberapa kejadian dan cara-cara membujuk keluarga korban dengan cara kurang wajar. Seperti memanfaatkan pengaruh dukun-dukun (datuk) dan pengaruh tokoh-tokoh agama serta pemerintah juga terkesan mendramatisir keadaan yang ada. Maka, Ratna Sarumpaet terus terang “menduga” ada motivasi lain dibalik keputusan menghentikan proses pencarian korban yang tidak disampaikan secara terbuka.
“Untuk itu kami meminta semua pihak agar seluruh pihak, seluruh rakyat dan semua badan negara yang berkaitan dengan masalah ini memberikan atensi dan dukungan pemikiran agar Basarnas, BNPB dan kementrian terkait untuk dapat segera bergerak kembali melanjutkan evakusi,” ujarnya.
Lebih lanjut, Ratna menyampaikan, bahwa Tragedi Tenggelamnya Kapal di Danau Toba itu bukanlah bencana alam melainkan bencana yang timbul karena kelalaian manusia. Terutama kelalaian Pemerintah yang tidak memperhatikan masalah keamanan tranportasi bagi seluruh warga masyarakatnya. Maka pemerintah sudah sepatutnya menunjukan rasa tanggung jawab yang lebih terhadap masalah ini.
“Tragedi Danau Toba adalah potret kegagalan negara dalam memberikan payung perlindungan pembangunan yang berkeadilan dan berharap kedepannya harus menjadi koreksi pemerintah,” pungkasnya. [ES]