JAKARTA, (Panjimas.com) – Di saat Pemerintah Republik Indonesia (RI) mengumumkan penghentian evakuasi pencarian korban tenggelamnya Kapal Motor Sinar Bangun yang terjadi di Perairan Danau Toba, Sumatra Utara, Aktifis Kemanusiaan, Ratna Sarumpaet menilai hal itu adalah sesuatu yang sangat mengecewakan.
Bahkan menurut Ratna, hal itu bukan saja mengecewakan tetapi juga sudah melukai hati dan perasaan para keluarga korban dalam peristiwa tersebut. Apalagi penghentian evakuasi korban dalam hal ini sama sekali tidak bisa diterima oleh nurani dan akal sehat.
“Saya merasa bahwa penghentian ini adalah sesuatu yang aneh, sangat tidak bertanggung jawab dan terkesan tidak teransparan. Pemerintah harus bisa menjelaskan soal ini kepada masyarakat luas,” ujar Ratna kepada awak media, di kediamannya Jalan Kampung Melayu, Bukit Duri, Jakarta Selatan, Rabu (4/7).
Masih menurut Ratna, bahwa jika Basarnas melalui peralatan canggihnya sudah menemukan titik koordinat bangkai kapal tersebut, lantas sekarang mengapa pemerintah RI melalui Menko Maritim, Luhut Binsar Panjaitan (LBP) malah justru mengumumkan penghentian proses evakuasi korban.
“Para keluarga korban awalnya masih berharap para keluarga mereka yang menjadi korban di kapal itu bisa segera ditemukan dan di evakuasi. Namun hal itu menjadi surut optimismenya ketika pak Luhut mengumumkan penghentian evakuasi korban,” kata Ratna di Ratna Sarumpaet Crisis Center, Kp Melayu.
Adapun alasan pemerintah yang menghentikan proses evakuasi korban karena alasan teknis berupa tekanan air pada kedalaman 500 meter yang mustahil untuk dilakukan. Menurutnya, hal itu masih bisa diperdebatkan dan bisa didiskusikan lebih lanjut.
Hal lain yang juga menganjal hatinya adalah saat dirinya atas nama wakil keluarga para korban datang dan menemui perwakilan pemerintah yang ada disana. Saat itu dirinya diusir oleh beberapa orang yang mengatasnamakan datuk atau dukun yang bertingkah seperti orang yang kesurupan yang berusaha menghentikan dan mengusir dirinya ketika ia mencoba melakukan protes atas penghentian evakusi yang dilakukan pemerintah.
“Maka kami patut menduga ada motif motif lain yang terjadi dibalik alasan dihentikannya proses evakuasi pencarian korban ini oleh pemerintah. Apalagi para keluarga korban juga sudah dijanjikan akan diberikan bantuan dan akan dibikinkan museum untuk mengenang musibah ini,” pungkasnya. [ES]