JAKARTA, (Panjimas.com) – Wakil Presiden Republik Indonesia, Jusuf Kalla secara resmi membuka Forum Ilmiah Internasional ke-5 Ulama dan Dai se-Asia Tenggara, Afrika dan Eropa, di Jakarta, pada hari Selasa (3/7).
Menurut Jeje Zainudin selaku Sekretaris Rabithah Ulama dan Dai Asia Tenggara dalam sambutannya di acara itu, Wapres menyampaikan apresiasi atas segala upaya yang dilakukan oleh para ulama dalam hal berkontribusi untuk terus memperkuat kesatuan dan persatuan umat saat ini.
“Namun, Wapres juga mengingatkan bahwa menyelenggarakan forum-forum saja tidaklah cukup. Tetapi harus dibarengi dengan kerja keras,” ujar Ustadz Jeje kepada Panjimas melalui pesan tertulisnya.
Beberapa waktu yang lalu, para ulama dari Indonesia, Pakistan dan Afghanistan juga melakukan pertemuan dan melaksanakan dialog trilateral Jakarta, tapi kita masih menunggu realisasinya.
Forum ini juga sudah pertemuan yang ke-5. Hal ini berarti sudah banyak gagasan dan pikiran yang dibicarakan.
Perkembangan dakwah sudah cukup semarak, di antaranya terlihat masjid-masjid ramai dikunjungi. Wanita muslimah semakin banyak yang menutup aurat. Namun kita juga masih harus terus bekerja keras untuk meningkatkan ekonomi bangsa.
“Kita prihatin melihat berbagai kondisi konflik yang terjadi di beberapa negara. Maka harus mengambil peran. Suriah yang sudah hancur itu membutuhkan waktu berpuluh puluh tahun untuk merekonstruksinya kembali. Mungkin tidak cukup tiga puluh sampai empat puluh tahun,” ujar Jusuf Kalla di acara tersebut.
Demikian juga, kedamaian saja tidak cukup. melainkan harus dimanfaatkan untuk mewujudkan berbagai kemajuan. Islam masuk ke Indonesia lewat banyak ulama yang pedagang.
Indonesia negeri dengan mayoritas penduduknya muslim. Tapi, peninggalan sejarah atau destinasi wisata yang paling banyak dikunjungi justru tidak mencerminkan Islam.Yakni, Candi Borobudur, Bali dan lain lain. Sebaliknya di India, justru peninggalan sejarah dan destinasi wisata yang dikunjungi malah peninggalan Islam, seperti Taj Mahal.
Indonesia juga telah berusaha untuk mewujudkan perdamaian di beberapa negara seperti di Myanmar, Afghanistan dan beberapa tempat lain.
“Pertemuan seperti ini perlu jadi sarana belajar berbagai penyebab konflik di beberapa negara untuk kita mampu mengantisipasinya dan berkontribusi memberi solusinya,” ujarnya.
Kita juga tidak dapat menampik fakta bahwa konflik konflik di negeri muslim itu tidak lepas dari campur tangan dan intervensi kepentingan negara negara Barat.
Sementara itu, Gubernur DKI Jakarta, Anis Baswedan, Ph.D, dalam sambutannya memuji peran dan dedikasi Jusuf Kalla dalam kerja kerasnya menciptakan perdamaian Indonesia maupun perdamaian di Asean dan negara yang lain.
Kerja keras dan jasa JK dalam memulihkan persatuan,perdamaian dan kerukunan di Aceh, Maluku, Sulawesi, hingga di Myanmar, Thailand dan Afganistan sangatlah besar. Sebab itu Anis Baswedan menjuluki Pak M. Jusuf Kalla sebagai “Bapak Perdamaian”.
“Pak Anis juga menegaskan bahwa Indonesia dalam posisi geograpis nya paling timur dari negeri negeri muslim di dunia, yaitu dari Maroko ke Merauke; dengan segala keanekaragaman suku bangsa, bahasa, dan agama dapat menjaga kerukunan, persatuan dan kesatuan.Karena itu mudah mudahan matahari perdamaian itu terbit dari Indonesia,” kata ustadz Jeje
Anis juga menegaskan bahwa keberagaman itu adalah biasa, tetapi yang istimewa itu adalah kesatuan dan persatuan dalam keberagaman. itulah yang patut dirayakan dari Indonesia. [ES]