JAKARTA (Panjimas.com) — Kampung Betawi Ancol di Pasar Seni konsisten hadirkan acara menarik untuk para pengunjungnya. Salah satunya berlangsung di gedung North Art Space (NAS), Pasar Seni Ancol yang menampilkan kegiatan bertajuk Wall of Frame Betawi, berlangsung sejak 15 Juni sampai 17 Agustus 2018.
Selain menampilkan informasi asal-usul 267 nama kelurahan di DKI Jakarta berikut 8 peta Batavia/Djakarta dan foto, di tempat ini juga digelar beragam acara seperti kesenian dan talkshow mengenai asal-usul kampung di Betawi.
“Dengan kegiatan ini diharapkan banyak orang makin paham tentang seni dan budaya Betawi, juga sejarah Kampung Betawi. Sambil liburan di Pantai Ancol, ada pengetahuan yang didapat,” ujar Roni Adi, Ketua Tim Wall of Frame Betawi.
Mungkin ada seribu lebih nama kampung di Jakarta sejak berdirinya kota Jayakarta tahun 1527, tetapi separuhnya tinggal kenangan atau jadi sebutan dalam pantun Betawi.
Dalam perkembangan pembangunan DKI Jakarta selama 52 tahun terakhir telah terjadi pemekaran kota yang mengakibatkan terjadinya penggabungan dua wilayah atau membentuk pemukiman baru pada lahan kosong. Pengembangan wilayah tersebut biasanya diikuti dengan perubahan nama wilayah atau kampung atau menambah satu kata di belakang nama kampung yang lama.
Kampung di Jakarta, pada kenyataannya sudah menjadi kota, tetapi asal-usul namanya sangat menarik untuk disimak. Sebagian besar namanya berasal dari nama vegetasi, selebihnya mengacu pada kondisi geografis dan beberapa wilayah berkaitan dengan peristiwa sejarah.
Banyak buku-buku dan tulisan asal-usul suatu tempat ( toponimi) di DKI Jakarta yang telah dipublikasi tetapi uraian yang disuguhkan adalah versi asal-usul sebuah nama kampung. Bahkan penulisnya terjebak dengan alkisah, konon, atau syahdan sehingga pembaca memutuskan sendiri kesimpulannya.
Pameran foto Asal-usul Kampung Betawi ini berusaha memberi informasi yang tidak didasarkan pada aiklsah, konon atau syahdan, tetapi didasarkan pada informasi peta-peta lama Batavia/Jakarta yang terbit antara tahun 1740 hingga 2015.
Ada 8 peta yang dijadikan sebagai narasi toponimi yang sekaligus dijadikan sebagai ruiukan waktu keberadaan suatu kampung. Dalam pameran ini, penulisan nama dan ejaan kampung disuguhkan berdasarkan tuiisan asli yang tertera pada peta-peta lama untuk memberi nuansa masa itu.
Pameran ini menampilkan informasi asal-usul 267 nama kelurahan di DKI Jakarta. Pameran toponimi kali ini bukan bermaksud menyuguhkan versi baru dari sebuah nama kampung, tetapi memberi data baru bagi yang ingin mengetahui asal-usul kampung kita, kampung Betawi.
“Duri Pulo Petojo Utara Karet Tengsin di Tanah Abang. Kalo ragu boleh bertanya riwayat kampung dulu dan sekarang.” (ass)