BIREUN (Panjimas.com) – Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah, Dahnil Anzar Simanjuntak prihatin atas tindakan intoleran yang menimpa warga Muhammadiyah di Samalanga, Bireun, Aceh.
Dalam rilisnya, Dahnil mengungkapkan adanya ancaman, atas warga Muhammadiyah, yang hendak mendirikan Masjid Taqwa di Samalanga.
Sekitar 70 hingga 80 orang melakukan penyerangan terhadap lokasi pembangunan masjid Taqwa Samalanga. Mereka menuding masjid yang didirikan warga Muhammadiyah tersebut sebagai pengikut Wahabi.
Sebelumnya, pembangunan Masjid Taqwa juga pernah dirusak dengan pembakaran pondasi. Alasanya tak lain, lantaran warga Muhammadiyah yang membangun masjid, tak qunut dan dituding bukan dari kalangan Ahlus Sunnah wal Jamaah.
Berikut ini rilis lengkap yang disampaikan Dahnil Anzar Simanjuntak, kepada Panjimas.com, Selasa (26/6/2018).
Warga Muhammadiyah Samalanga (Bireun, Aceh) Melawan Intoleransi.
Ketika melihat deretan foto dan narasi yang dikirimkan, Ketua Pimpinan Daerah Bireun, dr Atahilah Latief, hati saya bergetar, tak sadar saya menitikkan air mata, kagum dan hormat kepada warga Muhammadiyah Samalanga, Bireun. Warga yang sempat saya kunjungi dan sempat saya dengar keluh kesahnya dan teringat bisik seorang tua renta warga Muhammadiyah Samalanga yang mengatakan “Nak, bantu kami ya, kami mau ada Masjid Taqwa disini dan akan terus berjuang”.
Di Masjid Raya yang sebelumnya ikut mereka bangun dan mereka urusi, mereka dituduh Wahabi karena tidak qunut dan dianggap tidak bersesuaian ibadahnya dengan mazhab Syafii dan Ahlul Sunnah wal Jamaah. Perilaku yang jamak sekarang terjadi di Aceh, di mana kelompok-kelompok Dayah (Pesantren Tradisional) memaksa merombak pengurus masjid yang mereka anggap ada orang Muhammadiyah yang mereka tuduh Wahabi, sama seperti terjadi di Masjid Raya Baiturahman Banda Aceh. Kejadian serupa juga terjadi di Masjid Taqwa di Kecamatan Juli, di Kabupaten yang sama yakni Bireun.
Warga Muhammadiyah Samalanga, Bireun, Nangroe Aceh Darussalam, membangun kembali Fondasi Masjid yang dulu sempat dibakar, oleh sekelompok orang yang tidak siap berbeda dan pembakarnya belum ditangkap sampai sekarang oleh Polisi meski warga tahu siapa pelakunya. Bahkan, ketika sedang melakukan gotong royong mereka sempat didatangi Muspika (Kepolisian dan Camat) Samalanga yang meminta kerja dihentikan, namun bapak-bapak Muhammadiyah menolak dan tetap melanjutkan gotong royong, karena pembangunan sudah mendapat IMB dan Izin lainnya.
Malam tadi, terjadi upaya penyerangan oleh 70-80 orang anak muda terhadap lokasi pembangunan Masjid Taqwa Samalanga dan Syukur Alhamdullilah bisa digagalkan oleh pihak kepolisian.
Untuk menghindari kembali dibakar, warga Muhammadiyah cabang samalanga berjaga malam, secara bergantian dan Insya Allah hari ini kembali bergotongroyong membangun Masjid yang mereka cita-citakan. Dibawah penjagaan aparat keamanan.
Saya kagum dengan militansi warga Muhammadiyah Samalanga.
Bapak-bapak bergotong royong membangun kembali Masjidnya di bawah ancaman pembunuhan dan perusakan. Sementara ibu-ibu Aisyiyah bergotong royong menyediakan makanan dan minuman. Karena mereka minoritas di sana, maka jangan berharap politisi datang ikut mendukung dan melindungi mereka secara politik di sana karena tidak ada keuntungan elektoral, karena sejatinya bagi mereka toleransi adalah komoditi bukan nilai. Ini yang saya sebut sebagai toleransi rente, bukan toleransi yang otentik yang seharusnya kita rawat bersama. Ada ancaman serius sikap intoleran di Aceh, yang harus diselesaikan dengan dua cara; edukasi terhadap masyarakat dan tokoh ulama di sana dan kedua tentu penegakan hukum dengan tidak membiarkan perilaku-perilaku anarkis massa tanpa penegakan hukum yang tegas.
Salam,
Dahnil Anzar Simanjuntak
Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah