JAKARTA (Panjimas.com) – Bupati Purbalingga Tasdi, yang terjaring OTT, menunjukkan salam metal saat tiba di KPK. PDIP menilai hal tersebut memalukan.
“Malu dan sedih karena OTT kan sesuatu yang memalukan, nggak sesuai dengan simbol metal yang harusnya dimaknai dengan tekad politik berkeadaban, berisi integritas, moralitas nasionalisme, dan lain-lain. Jadi ada ekspresi yang asimetris dengan konteks,” ujar Sekretaris Badan Pendidikan dan Pelatihan PDIP Eva Kusuma Sundari saat dimintai konfirmasi, Selasa (5/6/2018).
Namun Eva juga memaklumi salam metal yang ditunjukkan Tasdi. Itu bisa saja dilakukan Tasdi karena dalam keadaan terdesak.
“Tetapi manusiawi, kita paham bahwa dalam situasi emergency, misalnya orang mau tenggelam, maka panik, meraih apa saja untuk jadi pegangan agar nggak tenggelam,” kata Eva.
Eva mendeskripsikan aksi Tasdi dalam tiga kata. “Memprihatinkan, menyedihkan, manusiawi,” katanya.
Sebelumnya, Tasdi tiba di gedung KPK, Jl Kuningan Persada, Jaksel, Selasa (5/6) pukul 04.58 WIB. Tasdi enggan menjawab pertanyaan wartawan dan langsung berpose salam metal sebelum masuk ke gedung.
Tasdi tengah menjalani pemeriksaan lanjutan di gedung KPK. KPK punya waktu 24 jam menentukan status enam orang yang diamankan di lokasi terpisah.
Tasdi ditangkap bersama Kepala Unit Layanan Pengadaan (ULP) Purbalingga, satu orang pihak swasta, dan ajudan bupati. Di Jakarta, tim KPK juga menangkap dua orang dari pihak swasta.
PDIP tidak akan memberikan bantuan hukum kepada Tasdi. PDIP langsung memecat Tasdi sebagai kader.
“Kita lakukan pemecatan seketika dan tidak lagi jadi anggota PDIP dan tidak diberikan advokasi,” kata Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto saat dihubungi, Senin (4/6). [AW/Detik]