JAKARTA (Panjimas.com) – Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir mengatakan pihaknya akan memantau media sosial mahasiswa untuk mencegah radikalisme di kampus.
“Kami melakukan pendataan baik pada dosen maupun mahasiswa. Nomor telepon seluler dosen kami catat begitu juga dengan media sosial mahasiswa akan didata. Kita akan catat semua,” ujar Nasir di Jakarta, Senin.
Menurut Nasir apa yang dilakukan itu bukan untuk membatasi gerak insan akademis, namun untuk mencegah berkembangnya radikalisme di kampus. Bahkan apa yang akan dilakukan oleh Kemristekdikti bukan berarti menggangu kerahasiaan mahasiswa.
Nasir menambahkan pihaknya telah melakukan sejumlah upaya agar radikalisme tidak berkembang di kampus. Pascadiberlakukannya Normalisasi Kehidupan Kampus/Badan Koordinasi Kemahasiswaan (NKK/BKK), terjadi kekosongan aktivitas mahasiswa di kampus.
Akibatnya, kata Menristekdikti, kekosongan tersebut diisi oleh kelompok radikal.
“Kami bikin sejumlah kegiatan mulai dari bela negara dan juga wawasan kebangsaan. Bahkan setelah Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) dilarang, kami bekerja sama dengan Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT),” papar dia.
Nasir menjelaskan bahwa apa yang terjadi di Universitas Riau,dapat juga terjadi di sejumlah universitas yang ada di Tanah Air. Potensinya, kata dia, besar.
Dalam kesempatan itu,Nasir juga meminta agar rektor universitas mengawasi kegiatan yang ada di kampus.
Sebanyak tiga orang terduga teroris masing-masing berinisial Z, B, dan K ditangkap tim gabungan di Gedung Gelanggang Mahasiswa, Kampus Fisip, Universitas Riau, Sabtu siang.
Ketiga terduga tersebut masing-masing merupakan alumni jurusan Pariwisata, Komunikasi dan Administrasi Negara tahun angkatan 2002 hingga 2005 di Fisip, Universitas Riau.
Dari tangan ketiganya, Polisi menyita empat unit bom rakitan yang memiliki daya ledak tinggi. Selain itu, Polisi juga menyita sejumlah bahan pembuat bom dari gedung yang sejatinya merupakan sekretariat bersama kelembagaan mahasiswa tersebut. [AW/Antara]