JAKARTA (Panjimas.com) – Kebijakan larangan bagi Warga Negara Indonesia (WNI) yang akan mengunjungi Israel dikomentari berbagai kalangan. Termasuk datang diantaranya dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang diwakili oleh Bidang Hubungan Luar Negeri yang saat ini diketuai oleh KH Muhyidin Junaidi.
Menurutnya pelarangan tersebut justru bisa membuat keberkahan tersendiri bagi bangsa Indonesia.
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) bidang Hubungan Luar Negeri KH Muhyidin Junaidi menyampaikan, MUI menyambut baik kebijakan Israel yang melarang warga negara Indonesia (WNI) berkunjung ke Israel.
Menurutnya, larangan Israel tersebut merupakan kebijakan yang mendatangkan keberkahan bagi Bangsa Indonesia.
“Pemerintah Indonesia sebaiknya segera mengeluarkan kebijakan serupa sebagai bukti nyata bahwa Indonesia adalah negara berdaulat penuh, ini sebagai penjabaran sikap Indonesia yang masih menganggap Israel sebagai negara yang menjajah bangsa Palestina,” kata KH Muhyidin Junaidi kepada Panjimas, pada Jumat (1/7).
Lebih lanjut dirinya menyatakan, Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu semakin congkak dan arogan setelah mendapat dukungan penuh dari Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump. Bahkan, Netanyahu tidak segan meminta AS agar cepat mengakui dataran tinggi Golan yang dianeksasi Israel sejak tahun 1967 sebagai wilayah Israel.
Dirinya kembali menegaskan bahwa sekarang momentum terbaik bagi Indonesia untuk menunjukan jati dirinya di tengah meredupnya dukungan negara-negara Arab terhadap perjuangan Palestina. Berdasarkan data statistik terkini, penduduk Arab Muslim di Yerusalem hanya tinggal 27 %.
“Alasan Israel agar Jakarta (Indonesia-red.) membuka hubungan diplomatik dengan Israel supaya bisa lebih aktif memperjuangkan kemerdekaan Palestina adalah sebuah jebakan politik, kenyataan di lapangan negara-negara Arab yang sudah menjalin hubungan diplomatik dengan Israel juga tak bisa berbuat banyak bahkan mereka menyesali sikap kooperatif tersebut,” ujarnya.
Lebih lanjut dirinya juga mengatakan kalau membuka hubungan diplomatik dengan Israel lebih banyak mudharatnya dari pada manfaatnya. Indonesia harus tetap istiqomah dan meneguhkan bahwa kemerdekaan Palestina adalah harga mati dan tidak dapat dinegosiasikan.
Minimal ada tujuh negara arab yang punya hubungan diplomatik baik parsial ataupun menyeluruh dan lengkap, plus Turki y g cenderung bermain dengan phone diplomacy.
“Tapi apa yang mereka raih dari hubungan tersebut? Zero ploitical gain, bahkan itu bumerang bagi mereka. Israel justru menjadikannya sebagai senjata atau bargaining untuk menekan negara-negara muslim lainnya agar menjalin hubungan diplomatik denagn Yahudi Israel,” pungkasnya. [AW/Edy]