BANDUNG (Panjimas.com) – Jurnalis Islam Bersatu (JITU) kembali menggelar daurah penerimaan anggota, Sabtu (5/5). Mengangkat tema “Menjadi Jurnalis Muslim Berkarakter”, setiap sesi materi disampaikan dengan menarik oleh para pembicara.
Ubaydillah Salman misalnya, Ketua Dewan Syura JITU itu memaparkan pembahasan soal kode etik jurnalis Muslim yang menurutnya telah mendapat apresiasi banyak pihak.
“Dalam menyusun kode etik, JITU berkonsultasi dengan ulama. Pasal-pasal yang terkandung di dalamnya pun seluruhnya bersumber dari Al-Quran dan hadits,” tutur Ubay.
Jurnalis senior yang biasa disapa Bang Ubay itu juga bercerita mengenai tawaran-tawaran menggiurkan yang disodorkan kepadanya ketika masih menjadi pemimpin redaksi majalah yang masyhur di tahun 90-an, Sabili.
“Dalam kode etik JITU, jurnalis Muslim tidak bisa menerima pemberian uang dari narasumber. Jurnalis Muslim harus punya integritas,” tuturnya.
Para peserta daurah pun tampak setuju dengan pesan Bang Ubay bahwa seorang jurnalis Muslim harus memiliki integritas dan tak tergiur hanya dengan iming-iming duniawi (uang, red).
Daurah yang berlangsung di gedung Daarut Tauhid, Gegerkalong, Bandung itu juga menghadirkan jurnalis senior lainnya.
Di antaranya redaktur kantor berita Anadolu Agency sekaligus Ketua Umum JITU Muhammad Pizaro, Redaktur Pelaksana Hidayatullah.com Cholis Akbar, jurnalis zona merah Arta Wijaya, dan jurnalis yang menjadi korban penembakan tentara Zionis di kapal Mavi Marmara Surya Fachrizal.
Ketua pelaksana Hilman Indrawan mengungkapkan, seleksi peserta pada daurah kali ini lebih diperketat dan berorientasi pembangunan kualitas.
“Dalam dauroh ini akan dibincangkan dan memperkenalkan apa itu JITU dan akan memberikan pemahaman tentang bagaimana menjadi jurnalis muslim yang berkarakter,” ungkap Hilman.
Lebih dari 20 jurnalis dari media cetak dan daring sangat antusias mencatat dan menggali pengalaman dan ilmu dari para pemateri.
Dauroh JITU digelar sejak pukul 08.00 WIB dan ditutup pada pukul 19.00. [DP/INA]